Senin, 29 Juli 2013

Gonor telah Mati Suri Tiga Dasa Warsa

Pemalang, hariandialog.com/Dialog - Kesenian tradisional Gonor di Desa Susukan, Kecamatan Comal, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, telah mati suri sampai tiga dasa warsa. Kini telah bangun dari tidur panjangnya untuk hadir dan mengisi khasanah seni budaya daerah.
Kami ingin meniupkan nafas ke tubuh Gonor agar hidup kembali yang lama hilang bahkan telah mati ditelan waktu. Bersama rekan-rekan dan masyarakat akan bekerja keras menghidupinya,” ujar Ali Sodikin SPd salah satu tokoh masyarakat setempat (30/7) pada Dialog.
Dihimpun dari berbagai sumber, kesenian Gonor ini pernah hadir dan dikembangkan oleh lurah setempat pada jaman Kolonial Belanda. Pendiri awal tidak diketahui namanya. Pada masa itu pun disinyalir Gonor adalah warisan dari leluhur lurah saat itu. Sekitar tahun 1980-an Gonor menghilang dan terkubur waktu sampai sekarang 2013.
Sebagai pelaku sejarah saat itu, “Saya siap untuk berkiprah kembali agar Gonor eksis seperti semula sebagai kesenian tradisonal yang tidak ada di desa lain. Saya rindu Gonor,” ujar Untung perangkat Desa Susukan selaku pemain Gonor pada jamannya sewaktu masih anak-anak.
Diketahui Gonor adalah kesenian tradisional lokal sebagai ujud protes terhadap pemerintahan Belanda yang kejam. Sehingga banyak masyarakat hidup kelaparan. Akhirnya dari seniman desa setempat diciptakan sebuah permainan semacam kuntulan yang dimainkan setiap malam bulan purnama keliling desa, dengan tujuan guna membakar semangat hidup walaupun dirundung sengsara.
Nama Gonor diambil dari kata Ono Sego Nor-Noran (ada nasi pada berebutan. Red) disingkat Gonor. Sebab yang dimakan pada saat itu terkadang nggok-nggokret, gaplek atau tiwul.

Pada intinya saya mendukung dengan digali dan bangkitkan kesenian Gonor ini. Tapi jangan seperti nyalanya blarak. Seketika membara lalu padam. Pihak pemerintah desa akan memfasilitasi kebutuhan yang diperlukan,” ujar Irvanudin Kepala Desa Susukan belum lama ini pada Dialog. (look)

Konflik Ijin Tempat Show Reage di Blendung

Pemalang, hariandialog.com/DialogShow reage ysng akan diselenggarakan oleh Event Organizer (EO) Bledeg Ngampar pada H+3 (12/7) hari raya besuk di Pantai Wisata Desa Blendung, Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, mengalami konflik perijinan.
Pada prinsipnya Kades setuju, namun agar diralat tanggal pelaksanaan H+15. Hal tersebut karena pertimbangan keamanan dan lain-lain,” ujar Rumyati Kades Blendung yang tidak bersedia ditemui melalui Suyik suaminya merangkap sebagai juru bicara di Kantor Balai Desa kepada Dialog.
Konser reage yang sudah digodog matang dan disetujui secara lesan oleh aparat Polsek dan Polres ini ternyata batal diselenggarakan karena perijinan tempat dari desa belum dipegang oleh EO Bledeg Ngampar.
Terpisah, Ketua EO Bledeg Ngampar Zaenal Arifin mengutarakan, kami adalah putra daerah Pemalang. Apa salahnya jika saya dan teman-teman punya keniatan baik ingin mengangkat sebuah aset daerah, seperti pariwisata desa. Untuk pelaksanaan konser reage nanti, selain mengangkat dan mempromosikan aset wisata bahari yang ada di Blendung juga berfungsi sebagai ajang silaturahmi warga mudik yang letih sekian lama merantau di kota. Setahun sekali berkumpul dan mencari hiburan sah-sah saja.
Dalam kesempatan tersebut dapat digunakan sebagai ajang silaturrahmi sambil berwisata. Jika dilaksanakan pada H+15 pemudik sudah pada balik ke Jakarta. Misi halal bi halal dan silaturahmi tidak berfungsi lagi,” lanjut Zaenal.
Ini sangat tepat dan ideal untuk H+3 hari raya. Jadi pemberian ijin H+15 oleh Suyik yang sekaligus suami Rumyati hanyalah instrik saja. Alasan keamanan tidak mendasar sebab pihak keamanan dari Polres saat ditemui di kantornya siap membantu kegiatan masyarakat dan proaktif, tegas Zaenal.

Bupati Pemalang H Junaedi SH MM ketiga dihubungi via hand phone (24/7), sebab saat itu masih di Jakarta, memaparkan, “Khusus Desa Blendung, Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang memang situasinya belum kondusif karena permasalahan Pilkades yang lalu belum bisa diterima oleh masyarakat Blendung. Dan yang lalu sempat terjadi kekisruhan sampai ke ranah hukum dalam penyelesaiannya.” (kukuh/look) 

Dana Program Gerbang Mapan Diduga Digelapkan

Pemalang, hariandialog.com/Dialog - Suyud (45) Ketua Kelompok Agribisnis Budhi Luhur, Desa Jraganan, Kecamatan Bodeh, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, diduga telah gelapkan uang bantuan Program Gerbang Mapan dari Provinsi Jawa Tengah sebesar 25 juta belum lama ini.
Kelompok Agribisnis Budhi Luhur yang berdiri sejak tahun 2003 ini, kini namanya tercoreng oleh ulah salah satu oknum ketuanya sendiri. Kelompok yang beranggotakan sekitar 25 orang ini juga kehilangan seorang ketua yang jadi panutan dan kehilangan dana bantuan. Pasalnya Suyud susah dihubungi dan ditemui. Diduga bersembunyi setelah kasus ini mencuat. “Keberadaannya tidak jelas selalu tidak ada di rumahnya. Kadang pulang sebentar lalu pergi lagi dan pulangnya tidak jelas waktunya,” ujar tetangga Suyud yang tidak mau disebut namanya.
Sebenarnya kelompok Budi Luhur sudah berjalan baik dan lancar. Anggota sudah merasakan dampak usaha kelompok ini. Namun akhir tahun 2012 karena ulah Suyud semua menjadi kacau. Modal awal kelompok 3,5 juta yang seharusnya berkembang menjadi besar malah merugi dan menuai kasus.
Bantuan sebesar 25 juta mestinya diperuntukan beli 4 ekor sapi seperti tertulis pada proposal pengajuan. Tetapi oleh Suyud (alamat tinggal di Desa Tegalsari Timur, Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Pemalang) malah dipakai untuk kepentingan sendiri tanpa adanya musyawarah terlebih dahulu,” ujar salah satu anggota yang tidak mau disebutkan namanya.

Untuk penyelesaian permasalahan ini, anggota masih menempuh jalur kekeluargaan. Belum melangkah ke jalur hukum. Pencairan dana Pemerintah Provinsi turun sekitar bulan September 2012 lalu. Hal ini dibenarkan pula oleh Petugas PPL Pendamping Kecamatan Bodeh Umi Rahayu yang menyaksikan langsung pencairan dana tersebut dari BRI Bodeh. (look)

Senin, 22 Juli 2013

TPI Ketapang Meningkatkan Program Gizi


Pemalang, hariandialog.com/Dialog – “Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Desa Ketapang, Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, adalah sebagai tempat untuk kesejahteraan nelayan lokal dan sebagai produsen distribusi gizi bagi masyarakat luas pada umumnya,” ujar Kepala TPI Ketapang Yusran BSc. dikantornya belum lama ini (22/7).
Standar harga di TPI Ketapang sangat terjangkau sehingga daya beli masyarakat tidak mengalami kendala, ikan asin 1.500-2.500/kg, ikan gabus dengan harg 8.000-10.000/kg, ikan sembilang besar 5000-7.500/kg dan ikan cumi 20.000-23.000.
Lanjutnya, eksistensi hasil ikan laut di Ketapang berkisar 4-5 milyar/th, dengan demikian telah ikut mensejahterakan seluruh rakyat melalui pembayaran pajak negara yang sasarannya akan dialokasikan untuk kepentingan rakyat dalam hal pemerataan pembangunan diberbagai aspek wilayah Indonesia.
Masyarakat Ketapang sendiri adat istiadatnya sangat kental. Selalu menghormati budaya leluhurnya yakni kebudayan Jawa seperti penghormatan kepada nenek moyang dalam ujud sebuah ritual sedekah laut. Sedekah laut adalah bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas melimpahnya hasil laut sebagai tempat topangan hidup masyarakat nelayan dan masyarakat umum.
Sakralisme ritual sedekah laut masyarakat Ketapang sudah berjalan lama secara turun temurun. Awalnya mulai kapan tidak ada yang tahu,” ujar Yusran pada Dialog.
Dalam sedekah laut ada istilah sesaji yang artinya sejatine rasa siji yakni rasa cinta kepada Allah SWT, dan ucapan syukur alhamdulillah. Diantaranya diwujudkan dalam sebuah korban kepala kerbau sebagai sesaji, tumpeng, sega golong, jajan pasar, dan aneka makanan lain yang penuh makna filosofi. Kemudian semua itu dilarung ke tengah lautan dan sebagian diperebutkan oleh pengunjung sebagai simbul kemakmuran.
“Selain itu juga disuguhkan acara hiburan berupa wayang kulit, dangdut, sekaten, lomba naik pucang, tarik tambang dan sebagainya sebagai lambang suka-cita masyarakat dalam mensyukuri anugerah dari Sang Kuasa,” tandasnya. (look)

Pabrik Petasan Meledak Korban Satu Tewas



Pemalanghariandialog.com/Dialog – Siang bolong pukul 13.46 WIB di Dukuh Karangtengah Desa Warungpring RT.001 RW.005 Kecamatan Warungpring, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, rumah milik Fauzan (45) pembuat, penjual sekaligus pengedar petasan rumahnya jebol porak poranda kemarin (21/7).
Ini terjadi saat Suroso (45) pekerja pembuat petasan di rumah Fauzan lagi meracik obat di gudang belakang, tibatiba meledak dan dua rumah pun luluh lantak. Kejadian ini sempat membuat warga gempar dan panik. Satu korban Suroso tewas seketika dan mengenaskan bagian organ tubuh ada yang hilang belum diketemukan. Korban lain Nurohmah (38) adik Fauzan dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Saksi Nureni (40) dan Wiwit (20) adalah warga setempat saat melihat kejadian kalang kabut karena ledakannya sangat dasyat, “Kejadiannya sangat mengerikan seperti ledakan bom. Menggelegar dan dua rumah seketika jebol tidak karuan,” ujarnya sambil memegang bulu kuduk. Dan sesaat kemudian warga setempat berhamburan menuju asal suara tersebut.
Terpisah, kepada Dialog, Kepala Desa Karangtengah Saeful Azam menjelaskan, “Saya merasa kecolongan dan kaget atas kejadian ini. Sebab keberadaan pabrik petasan ini aktifitasnya sangat tertutup dalam rumah yang tampak sepi.”
Pihak desa sesegera mensosialisasikan dan menghimbau kepada masyarakat akan bahaya obat terlarang ini. Tim evakuasi korban, olah TKP dan lab forensik dari Polsek dan Polres meluncur ke lokasi pukul 14.00 WIB.
Kapolsek Warungpring AKP Suryanto ditemui di Mapolsek Warungpring membenarkan tragedi ini. Pihaknya akan mengusut tuntas sekaligus menindak tegas pelaku, pembuat, penjual dan pemakai petasan di wilayahnya. Selain membahayakan diri sendiri juga membahayakan orang lain bahkan nyawa seseorang bisa melayang seketika karenanya. Pihaknya akan melaksanakan tindakan persuasif, sosialisasi dan himbauan ke khalayak ramai. Di perkirakan kejadian tersebut kerugian mencapai 150 juta. (look)

Bupati Pemalang Lantik 10 Calon Kades



Pemalanghariandialog.com/Dialog – Sepuluh calon Kepala Desa (Kades) dilantik oleh Bupati Pemalang, Jawa tengah, H Junaedi SH MM, penuh hikmat kemarin di pendopo kabupaten (19/7), yang tertuang dalam SK Bupati No.141/395 s.d 403/Tahun 2013.
Yang dilantik calon Kades Feri Budiarso (Desa Bulu, Kecamatan Petarukan), Kuswadi (Desa Ketapang, Kecamatan Ulujami), Siswanto (Desa Pabuaran, Kecamatan Bantarbolang), Mustaqim (Desa Karanganyar, Kecamatan Bantarbolang), Slamet Riyanto SH (Desa Semingkir, Kecamatan Randudongkal), Slamet Rahardi (Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari), Tamat (Desa Batursari, Kecamatan Pulosari), Teguh Setiyowidodo (Desa Pulosari, Kecamatan Pulosari), Khunaeni (Desa Cikadu, Kecamatan Watukumpul)
Dan Rumyati (Desa Blendung, Kecamatan Ulujami) yang pelantikan tertunda-tunda, semestinya tahun lalu. Dikarenakan ada permasalahan yang melilit panitia pilkades tersebut hingga naik ke ranah hukum Kajari dan Kajati. Bersamaan dengan sembilan calon Kades lainnya Rumyati dilantik sebagai kepala desa mulai tanggal dilanjut masa jabatan enam ytahun.
“Saya berharap semua komponen bisa segera mewujudkan situasi yang kondusif. Sebab itu modal utama dalam membangun desa dan masyarakat,” ujar Junaedi.
Sebuah sinergisitas dan semangat kebersamaan antar semua unsur, khususnya kepada BPD, LPMD dan lembaga kemasyaraaakatam yang lain. Selain itu, diharapkan pula para Kades agar dapat menggali segenap potensi yang ada. “Saya berharap setiap desa mempunyai produk unggulan sesuai dengan potensi dan sumber daya yang ada,” lanjut Junaedi.
Terpisah usai pelantikan, Kuswadi Kepala Desa Ketapang terpilih mengutarakan, “Saya akan menjalani amanat ini dengan sepenuh hati untuk membangun desa. Prioritas kami adalah saluran irigasi dan infrastruktur jalan desa yang sudah rusak parah. Sebab jalan dan saluran irigasi adalah prasarana utama untuk perekonomian masyarakat desa.” (kukuh/look)

Minggu, 21 Juli 2013

Cerkak: Getiring Pangresah


Aku entuk watu aji saka Mbah dukun kang mertapa ing Candi Bantakan. Solah bawane pawongan iku katon mrebawani. Mula aku mung inggaah-inggiiih wae tanpa ana sekuku ireng rasa was sumelang kang tukul sajroningati marang dheweke.
Persis!
Persis pengalamane Pakdhe Hamsad Rangkuti nalika entuk akik kang bisa kanggo kontak kalawan arwahe janma kang wus tilar donya. Uga kena kanggo pamikatsih, kayadene yen ana kenya ayu lencir kinyis-kinyiiis, bakal gulung koming kasmaran yen ketanggor akike pakdhe.
Nanging sawabe watu ajiku rada beda sithik: Sapa wonge bakal sedheku sujud ana dlamakan sikil kiwaku. Carane nggunakake, nglafal ta’awudz kasambung basmalah, banjur ngunjal ambegan landhung, trus kasebulake kanthi matek apa kang sinedya sajroning kalbu. Kaambal kaping telu. Wus ta, percaya wae. Watu ajiku bakal rewang-rewang mrantasi gawe parigawe.
Ora mung sapisanan aku mbuktekake kasiyate watu ajiku kang warnane ijo giok. Ora mokal yen nganti telung periode iki aku bisa sempulur dadi pamomonge desa, ora ana panggodha piawon gedhe kang daktemoni. Wong-wong kandha jare dina kelairanku tiba satriya wibawa. Wah, begja tenan awakku, najan ta akeh wong kang lelara Aids alias Apriori Iri Dengki lan Srei. Nanging kecik diocak-acik mrico pala agawe dhakon, karepku mono dakgawe becik tinampa ala mangga kemawon. Paugeran uripku mung siji, sajangkah laku bisaha kangga kabecikan liyan.
“Bune, apa wus titi wancine jaman anyakra manggilingan?”
Imah bojoku kinasih lenyeh-lenyeh ana pangkonku njuk sinambi teturonan. Ing kamar ngarep Edi lan Nana wus kaliyep impen, bubar sinau.
“Apa ta, Pakne?” tambuhe ora mudheng kang dakrasakake.
“Kae lo… ing lintasan warta teve sore mau. Mahasiswa nuntut lengsere Bapak Presiden kita. Kamangka durung suwe diangkat dadi pemimpin negara, hlah kok, hemmm… ana-ana isen-isene donya.”
“Hem..” wangsulane bojoku karo mepedake sirahe nyang dhadhaku. Pikirane melu tumlawung.
Saka njaba, swarane gangsir ngentiiir nggawa hawa adhem. Melunge gemak nyigar wengi padesan kang ayem tentrem. Wus lawas tentreme Desa Kasobengkelung kayadene negara Dwarawati ing jaman semana. Yaiku negara kang panjaang punjuuung pasir wukir gemah ripah loh jinawi. Nanging pungkasan iki ngecake cecak asring aweh sasmita yen bakal ana kedadeyan gedhe kang bakal tumama.
“Pakne?”
“He…”
“Hemmm…”
Wengi saya samun. Thing-thong jam tembok wus tabuh sanga. Mripat wus ngajak turu nanging pangangenku isih pengin ngulandara, nglanglang desa njajah dhukuh sing dadi momonganku. Jenenge wae lurahing desa, gelem ora gelem kudu ngutamakake keperluwane warga tinimbang kulawarga.
Njur watu aji kang awarna ijo manda-manda mau daksebul ambal kaping telu. Dhuh Gusti ingkang Murbeng Dumadi, kawula nyuwun kekiyatan mugiya saged dados pangayoman dhumateng sesamining titah, khususson warga desa kawula. Tan karasa luhku tumetes.
“Salawase aku ngemong warga desa aku ora nate emban cindhe emban siladan. Wargaku ya sadulurku, warga ya jiwaku, ya rasa pangrasaku…”
“Lha terus, geneya panjenengan ndadalk wae was sumelang?”
”Bune, sliramu ngerti Carik Tuwo? Jebul culika marang warga desa, yakuwi slikat-slikuuut pemutihan sertifikat lemah pategalan lan sawah.”
“Njuuur?”
“Ya merga kelakuwane mau, kepeksa aku kuduu…”
“Lengser ngono?!”
“Hemmm… he… eh…”
“Ora adil ta, Pakne. Kang nduweni salah kan…”
“Bune!” tambuhe dakpenggak aja nganti nganbra-ambraa. Pancen ngono tanggung jawabe ndhuwuran. Yen andhahan polah kudu gelem melu kepradhah, melu gupak pulut najan ta ora mangan nangkane.
“Yen wus dadi putusane panjenengan… aku mung manut.”
Setengah liyep-liyep Imah dakrangkul.
Bune, gunemku ing batin, aku neteske luh dudu karana kuwatir lengser ninggal pakaryan, nanging marga isih akeh wargaku kang uripe cintraka. Nanging jaman wus anyakra manggilingan.
“Mbok coba nyuwun marang watu ajimu, Pakne.”
“Watu ajiku iki rak mung minangka lantaran, lan dakrasa sajak wus kedaluwarsa khasiyate. Najan daksebul ambal kaping sangangpuluh sanga… ya tetep aku lengser keprabon, jalaran iku pancen wis dadi garising pesthi.”
Wengi sangsaya nyenyet. Aku lan Imah luyup-luyup tumlawung ing pangangen tan genah juntrunge. Saka kadohan lirih keprungu tembang megatruh, tembange tanggaku Mbah Slamet kaya adate saben wengi rerengengan macapat:
“… dhuh-dhuh adhuh
Pangeran kang Maha Agung
ngegungna ing pangaksami
sagung kalepatan ulun
tebihna ing sisip sembir…”

“losari wolu telu sanga-sanga”

(PS. No.20. 19 Mei 2001. Setu Kliwon. Hal 23)

Sabtu, 20 Juli 2013

DICARI: Tayu binti Singodikromo + Subari (Balaraja, Rajabasa, Sumatera)



Dicari:

Tayu binti Singodikromo + Subari (Balaraja, Rajabasa, Sumatera) = Muayah (anak), Mujinah (anak), Laki2 (anak) = Cucu, Cicit, Ahli Waris Tayu binti Singodikromo

Tayu + Subari (Sumatera) = Muayah, Mujinah, Laki2.
Pergi Meninggalkan Tanah Kelahiran Sejak Tahun 1951

(Alamat mboten jelas amargi kesahipun sampun dangu setengah abad langkung (62th). Kawiwit kesah tumuju datheng Balaraja, Rajabasa, Sumatera taksih jaman tampukipun DI lan TII. Pawongan sintena ingkang mangertosi papan dunungipun sederek Tayu binti Singodikromo + Subari, dalah putra wayahipun, tuwin ahli waris saking Tayu binti Singodikromo + Subari, kawula aturi paring pawarta dhumateng redaksi punika. Kawulawarga taksih ngrantu kanthi sanget pawartinipun)

(Alamat tidak jelas. Posisinya sekarang keluarga di Comal tidak ada yang tahu, sebab Tayu + Subari meninggalkan Desa Sarwodadi Kasowetan sekitar tahun 1951.an. sebelum pecahnya DI dan TII. Kabar terakhir di tahun 1965 Tayu masih kontak surat dengan keluarga Comal bahkan sering kirim paket untuk plunannya (ke anaknya Kartini). Diketahui berita terakhir berada di BALARAJA, RAJABASA, SUMATERA. Tepatnya tidak diketahui.

Akan tetapi kami yakin, baik anak, cucu, atau ahli waris dari Tayu binti Singodikromo + Subari masih ada, segera saja menghubungi penulis (cicit kemenakan). Sebagai tambahan informasi, pada tahun 1965-an anak-anak dari Tayu binti Singodikromo pisah mencari kehidupan sendiri-sendiri. Mulai saat itu hilang berita sampai sekarang dan putus komunikasi. Setengah abad lebih (62 tahun) Tayu binti Singodikromo meninggal desa dan kini tidak ada kabar beritanya.

Sebagai ciri-ciri, saat itu anak-anak Tayu binti Singodikromo, Muayah dan Mujinah berambut ngriwil/bergelombang kerap dengan kulit kuning bersih. Dahulu sewaktu di Sarwodadi Kasowetan rumahnya ada di Prapatan Dukuh Kasowetan (utara jalan timur jalan, tepatnya pojokan). Ada informasi, menantu dari Tayu binti Singodikromo ada yang menjadi dokter. Anak dari Tayu ada yang menjadi angkatan. Hanya tambahan informasi ini saja yang bisa disampaikan. Alamat yang bisa disampaikan Cuma di Kotaraja Sumatera.

Bila ada pembaca yang mengetahui keberadaannya, hidup dan/atau meninggal dunia, atau mengetahui ahli warisnya dari Tayu binti Singodikromo + Subari, tolong di informasikan ke alamat ini. Informasi dan kedatangan Tayu binti Singodikromo + Subari dan/atau ahli warisnya tetap kami tunggu di Sarwodadi, Jalan Pelita 2 Sarwodadi Kasowetan RT.011 RW.002 No.120 Kecamatan Comal, Kabupaten Pemalang 52353 Jawa Tengah. email: lukmanprabowo69@yahoo.co.id

Jika ingin lebih detail tentang siapa Tayu binti Singodikromo atau sislsilahnya bisa klik google, PANDU: Mbah Singodikromo

Selasa, 16 Juli 2013

324 Gangguan Keamanan di Pemalang


Pemalang, hariandialog.com/Dialog (18/7) - Satu tahun terakhir di tahun 2012 Pemalang, Jawa Tengah, telah terjadi 324 gangguan keamanan. Yang terdiri atas kriminalitas 309, unjuk rasa politik 6 dan unjuk rasa bidang ekonomi 9 kali, ungkap Bupati Pemalang H Junaedi SH MH pada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) Kabupaten belum lama ini.
Upaya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pemalang dalam upaya menanggulangi gangguan Ketentraman dan Ketertiban Umum (Trantibum) antara lain dilaksanakannya Patroli Wilayah dan operasi rutin. Disamping itu juga adanya sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat dan pelajar mengenai pencegahan bahaya berkembangnya praktek prostitusi.
Pemkab juga memberikan penyuluhan kepada kaki lima, tukang becak, pengusaha hiburan dan tak luput pengusaha pertambangan serta diadakan pembinaan Trantibum dan Penegakan Perda. 
“Telah dibentuk satuan keamanan di masyarakat, yaitu pembentukan Kelompok Sadar Trantibum (Pokdartib) di awali dari 28 desa atau kelurahan di wilayah Pemalang. Kedepan akan diperbanyak,” lanjut Junaedi.
Untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban Pemkab Pemalang bekerjasana dengan aparat keamanan. Salah satunya MoU dengan Polres Pemalang No.300/3108/2003 dan Nopol: B/1055/VI/2003 tanggal 12 Juni tentang Kerjasama Penyelenggaraan Trantibum. Diharapkan dengan kerjasama yang saling menguntungkan dan kondusip ini Pemalang benar-benar aman serta kondusif.
Junaedi menandaskan, kebijakan Pemkab Pemalang yang dijalankan selama ini dalam upaya penyelenggaraan dan ketertiban umum, mengacu pada Perda No.13 Th.2006 tentang Pembentukan Satpol PP Kabupaten Pemlang, Keputusan Bupati Pemalang No.300/36/2012 tanggal 6 Januari 2012 tentang Pembentukan Komunitas Intelijen Daerah (Kominda), No.188.4/624/th 2012 tanggal 3 Desember 2012 tentang Fasilitas Pemberdayaan untuk menjaga Ketertiban dan Keamanan (FKDM), juga No.210/85/2012 tanggal 14 Pebruari 2012 tentang Fasilitas Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba serta No.188.4/84 tanggal 14 Pebruari 2012 tentang Penyuluhan Pencegahan Peredaran dan Penggunaan Minuman Keras dan Narkoba. (look)

Bandar Ganja Diciduk Satres Narkoba Polres


Pemalanghariandialog.com/Dialog (18/7) - Pasangan suami istri (Pasutri) Pw (34) dan Mn (29) Desa Klegen RT.002 RW.001 Kecamatan Comal, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, belum lama ini diciduk Satres Narkoba Polres Pemalang bersama Kasat Narkoba AKP Faizal Liza SH MH di kediamannya Desa Klegen pada tengah malam sekitar pukul 22.00 WIB.
Saat penggerebekan Pw dan Mn ketangkap tangan, didapati barang bukti 24,06 gram ganja kering, 2 bungkus biji ganja dan uang tunai Rp.1.040.000 serta 1hand phone sebagai alat transaksi (bukti pesan singkat pemesanan barang).
Penangkapan berawal dari ketangkapnya sang kurir ganja Rs dan Jd di depan Warung Makan Barokah Desa Klegen pukul 21.00 WIB usai transaksi ½ gram ganja seharga 250 ribu kepada pemesan orang Pemalang yang berhasil meloloskan diri pada saat itu. Dari sini dikembangkan temuannya mengarah ke Pasutri Pw dan Mn. Lalu berkembang lagi tertangkapnya Gws dengan 2 linting daun ganja kering yang baru saja dibeli dari Pw dan Mn.
Terpisah, Pw dan istrinya Mn mengatakan bahwa barang haram tersebut  disupply (pasok) oleh Ma asal Pekalongan. Ironis, suami Ma inisial Rz saat ini pun lagi menghuni Hotel Prodeo Kota Pekalongan dalam kasus yang sama, peredaran narkoba. Ini bukti nyata hukuman tidak membuat pelaku atau keluarga pelaku merasa jera akan tetapi malah nekad karena ada peluang dan kesempatan.
Kapolres Pemalang AKBP Tjuk Winarko SH MH melalui AKP Faizal Liza SH yang didampingi Kaur Subbag Humas Aiptu Sapto Marsono menegaskan, “Guna memudahkan dalam pengembangan kasus ini untuk sementara waktu tersangka ditahan di Rutan Polres Pemalang, yang diduga telah melakukan perbuatan pidana sesuai UU RI Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika.” 
Kapolres juga menghimbau para orang tua harus lebih jeli dengan siapa anaknya bergaul dan kepada pihak sekolah untuk selalu memberi himbauan rutin kepada siswa tentang bahaya narkoba. Dalam waktu yang sama Kapolres juga mengucapkan terimakasih kepada warga masyarakat yang telah berperan aktif memberikan informsai dan membantu kelancaran tugas-tugas Polri. Suksesnya operasi ini pun juga tidak lepas dari peran serta dan bantuan masyarakat. (look/ku2h)

Hj. Kholidah: Biar Saja Masyarakat yang Menilai


Hj. Kholidah (foto: dialog)

Pekalonganhariandialog.com/Dialog (18/7) -  Mantan Kades Desa Pagumenganmas, Kecamatan Karangdadap, Kabupaten Pekalongan, Hj Kolidah yang hendak maju dalam kancah pesta demokrasi Pilkades depan (15/9) banyak menuai kritik dan terpaan masalah untuk menggulingkan Semangat Kartini yang sudah tertanam dalam dirinya.
“Biarlah masyarakat yang menilai. Dinilai buruk silahkan, dinilai baik yang alhamdulillah. Masyarakat punya hak menilai dan bicara. Saya tidak perlu komentar atau ambil hak jawab atau hak bicara. Semua sudah tahu yang pernah saya perbuat untuk kemajuan desa. Selama ini ini saya berjuang untuk kemajuan Desa Pagumenganmas,” ujar kholidah pada dialog (13/7).
Hembusan tuntutan yang ditiupkan dituju ke Kholidah mengenai dugaan mendirikan bangunan rumah pribadi permanen di atas bondho deso (aset desa), penyaluran dana untuk orang jompo belum terealisasi, tukar guling aset desa dengan lahan SMP Negeri 1 Karangdadap, dan tidak adanya open management. Sekelompok masyarakat yang menamakan diri front atau paguyuban masyarakat tetap menuntut pertanggungjawaban Kholidah, seperti halnya terjadi yang lalu (20/6) di balai desa saat Perda turun.
Semua sudah dijawab dengan gamblang dan jelas. Adapun jika ada masyarakat yang tidak puas dan memang saat itu waktunya tidak cukup untuk ramah tamah, silahkan pertanyaannya ditulis dan diusulkan ke desa. Saya siap menerima putusan warga, maunya apa, jelas Kholidah.
Pagumenganmas ditampuk kepemiminannya pembangunan infrastruktur maju pesat seperti telah dibangunnya saluran irigasi dengan terbangun empat bendungan air. Pembayaran pajak lunas terus tidak seperti sebelumnya. Dan sekitar 60 rumah yang tidak layak huni sudah dibenahi alias di Pagumengan tidak ada lagi rumah yang tidak layak huni. “Walau pun pendapatan desa rendah karena penduduk 80% mata pencaharian sebagai buruh tani, akan tetapi sekarang angka pengangguran sudah tidak ada.”
Di bawah Kartini muda ini, untuk program plesterisasi desa sukses seratus persen. Dan segudang kegiatan yang tidak mungkin dijabarkan satu persatu. Jalan desa yang dahulu makadam sekarang sudah aspal. Masalah kerusakan itu karena tanah jalan masih labil. Desa tetangga pun mengalami hal sama. Tidak di sini saja. Yang penting masyarakat sudah tahu semua, tuturnya pada dialog. (look/kukuh)

Tiap Bulan 30 Orang Melepaskan Kewarganegaraan Indonesia


Pemalanghariandialog.com/Dialog -  “Dua puluh sampai tiga puluh orang Indonesia perbulan melepaskan kewarganegaran Indonesia (WNI) di negeri Jiran Malaysia,” ujar I. Ismoyo Kepala Kantor Imigrasi Kelas 2 Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, belum lama ini.
Hal ini menjadi paradigma baru bagi pemerintah Indonesia, apakah karena di negara tetangga tersebut mempunyai daya tarik yang lebih kuat sehingga seorang WNI pindah kewarganegaraan. Atau barangkali di sana akan lebih menjanjikan untuk kelangsungan hidup mereka. Atau mungkin tidak bangga menjadi warga negara Indonesia.
Lain halnya dengan Ketua Kelompok Korea Indonesia melalui Ismoyo mengatakan, “Paling aman adalah Indonesia. Peraturan di Indonesia mudah dipahami, termasuk peraturan tunduk dengan Undang-Undang, juga peraturan norma adat istiadat di Indonesia. 
“Justru yang sangat sulit dipahami di Indonesia adalah cara memahami budaya Indonesia itu sendiri yang sangat kompleks,” lanjutnya.
Terpisah, warga negara Jepang berkewarganegaraan Indonesia yang hadir dalam sosialisasi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undng-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian di Jasmine Room Lt.4 Rieze Palace Hotel Tegal tersebut mengatakan, “Saya cinta Indonesyia,” ujarnya singkat dengan dialeg terbata-bata ketika ditanya kenapa tidak mau menjadi warga negara Jepang. Ia (tidak mau menyebutkan namanya) lebih memilih Indonesia sebagai pilihan akhir untuk kewarganegaraan dia dan anak-anaknya.
Dalam kesempatan itu, Ismoyo lebih jauh fokus pada sosialisasi UU No.6 Tentang Keimigrasian yang terdiri 10 Bab 258 pasal yang sedang dilaksanakan rutin touring kota, diharapakan masyarakat luas mengetahui dan mengerti isi undang-undang tersebut. (look)

Lomba Hand Hygiene di HUT RSUD Kajen


Pekalonganhariandialog.com/Dialog - Hari jadi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kajen yang ke delapan dimeriahkan dengan lomba Hand Hygiene diikuti oleh seluruh unit instalasi di RSUD Kajen. Sekitar 30 regu dengan total 138 karyawan RSUD yang mengikuti kegiatan ini. 
 “Kegiatan ini adalah awal menuju pelayanan sebagai prioritas utama untuk membudayakan budaya sehat, budaya bersih, dan menghindari resiko penularan infeki dari rumah sakit. Semoga ini menjadi budaya dan rutin dilaksanakan setiap hari tanpa absen,” ujar Direktur RSUD Kajen dr Dwi Arie Gunawan SpB kepada para wartawan usai mengisi acara hari jadi (2/6).
Pada kesempatan tersebut diperagakan hand hygiene oleh Dwi dan seluruh jajaran managemen. Ada enam langkah praktis hand hygiene yakni basuh secara bergantian kedua telapak tangan, lalu kedua punggung tangan, selanjutnya sela-sela jari. Langkah berikutnya jari-jari tangan saling mengunci kemudian kedua ibu jari dibasuh secara bergantian dan terakhir gosokan ujung jari pada telapak tangan.
Terpisah, Ketua Persatuan Perawat Indonesia (KPPI) Kabupaten Pekalongan dr H Imam Prasetyo menjelaskan bahwa sebagaimana disebutkan WHO, hand hygiene dapat mengurangi penyebaran kuman dan infeksi berkaitan dengan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu lomba ini sekaligus sosialisasi dan memperkenalkan serta membudayakan hand hygiene.
“Hand hygiene harus dilaksanakan sebagai suatu amanat dari UU dan untuk dibudayakan dalam kehidupan sehari-hari,” lanjut Imam. Hand hygiene terdiri dari dua macam, yakni hand rube dan hand wash. Sedang pelaksanaannya ada lima moment yang perlu diperhatikan dalam hand hygiene yakni sebelum dan sesudah kontak dengan pasien, sebelum melakukan tindakan asepsis, sesudah terkena cairan tubuh pasien dan sesudah kontak dengan sekitar lingkungan pasien, tandas imam.
Kabid Keperawatan RSUD Kajen Handy Artawan dalam sambutanya menjelaskan tujuan diadakannya lomba hand hygiene ini untuk membudayakan perilaku tentang hand hygiene kepada seluruh karyawan rumah sakit. Diharapkan agar budaya cuci tangan menjadi budaya yang betul-betul dipahami dan dilaksanakan oleh semua orang, terutama perawat RSUD Kajen.“Ini adalah sebuah pesan moral kepada karyawan rumah sakit, bahwa sebagai karyawan rumah sakit harus selalu menjaga dan menghindari penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan. Karena sumber dari semua kuman ada di rumah sakit,” jelas Handy. (look)

Sabtu, 13 Juli 2013

Mbah Singodikromo

MBAH SINGODIKROMO





Makam Mbah H Nasdan Singodikromo bin Blongkot Abdurrahman
Alamat keluarga: Jalan Pelita 2 Sarwodadi Kasowetan RT.011 RW.002 Kecamatan Comal, Kabupaten Pemalang 52363 Jawa Tengah. CP. loOk 0877 6463 8055 




LAYANG KEKANCINGAN
Mugiyo dados pepenget kagem kawulawarga



Candi Mbah Kramat Jati Kasowetan:

Ingkang dados papan dununging angragasukma/oezlah/berkhalwat.
Ingkang sumareh wonten saklebetipun pasareyan cungkup Candi Padukuhan Kasowetan, Dusun Sarwodadi, Kecamatan Comal, Kabupaten Pemalang 52363 Jawa Tengah, ingkang kawentar Mbah Kramat Jati punika sejatosipun petilasan ingkang kinormat Kangdjeng Sjekh Maoelanna Maghribi V sakwekdal lelabetan dhumateng jejibahan agung syiar agami Islam.

Pun santri dalah sedaya penderek panjenengan Kangdjeng Sjekh Maoelanna Maghribi V istirahipun wonten Padukuhan Kasokulon, Dusun Sarwodadi, Kecamatan Comal, Kabupaten Pemalang 52363 Jawa Tengah, sakpunika dados petilasan kramat Sanggrahan (Pesanggrahan) Kasokulon

Kangdjeng Sjekh Lanna V
Kangdjeng Sjekh Lanna VI
Kangdjeng Sjekh Lanna VII

(bit kawit)

H. Blongkot Abdoerrakhman bin Kangdjeng Sjekh Lanna + Hj. Tarjoemi Abdoerrakhman.

H. Blongkot Abdoerrakhman alamat Jalan Pelita 2 Sarwodadi Kasowetan RT.011 RW.002 Kecamatan Comal, Kabupaten Pemalang 52363 Jawa Tengah, punika asring katambuh kanthi celukan (tela’ah, cawelan) Bapak Kadji. Taksih sugengipun tangga teparo dalah kawulawarga nyelukipun amung Bapak Kadji kemawon, ingkang gadhah garwa tansah kinasih Hj. Tarjoemi, peputra sekawan; (1) H.Sarkan Singodikromo, (2) Sarmah, (3) Tarmad (Tjitro Atmdjo) lan (4) Cariban.

Jisim Bapak Kadji sumareh wonten sakupenging Candi Mbah Kramat Jati Kasowetan, sisih wetan cungkup petilasan Kangdjeng Sjekh Maoelanna Maghribi V. Sesarengan kalih ingkang garwa kinasih Hj. Tarjoemi dalah kang putra H. Sarkam Singodikromo (Mbah Singo):

1. H. Sarkam Singodikromo (Mbah Singo) + Darsijah (Simbong) (Comal)

a. R. Nasdan Djojoprayitno (Pulogadung Jakarta)

(1) (+) RA. Soemilah (Solo/Demak/Semarang?)
(a) ........
(2) (+) Rr. Wahyuning (Semarang)
(a) Kadaryati Yudininggar + Cuk Sunarso, BSc. (Semarang) = Kusudatmojo/Kuncung, Kusudatmoko, Galuh, .....
(b) Bambang Suhendro + Tini (Jakarta) = Eska, Rita.
(c) Kuswardono
(d) Priyo Atmojo
(e) Yusnaeni Indriya + Bambang Edi Sujoko, SH. (Semarang) = Indriana Kusumaningrum, SPi.MPi., Edhi......
(f) Dyah Nurhayati (Menung) + Suharto (Semarang)
(g) Yulianto (Totok) (Semarang)
(3) (+) Hardiyah (Semarang)
(a) a. Heri Budiono (Semarang)
(4) (+) Sugiharti (Jakarta)
(a) Sugiyo Prayitno + Emi = Egi, Gandhes
(b) Dyah Setyowati + Ganang + Budi Prasetyo Umbaran
Dyah Setyowati + Nn = Ade
(c) Dewi Kurniasih + Nn = Dimas Wahyu Pratama
(d) Totok Sugiharto + Eni = Adit
(5) Tini (Jl.Pramuka Jakarta)
      (a) R. Parianom
(6) Emi Suaemi (Tangerang)
      (a) R. Tirta Raksa Kusuma (Toto)
      (b) R. Dwi Jayanti + Wawan Kurniawan


b. Sasi (Suwarsih) + Tarso (Ancol Jakarta)
(1) Ruyati + Mad Komar (Comal)
-  Anak = Soleha + Kasihan, Maryati + Pendi, Rohadi, Jariyah, Siswati, Tuti, Sri.
-  Cucu = Evan, Kus, Rani, Kiki, Angga ......

c. Darsiyem

d. Tayu + Subari (Sumatera) = Muayah, Mujinah, Laki2.

(Alamat mboten jelas kesah sampun setengah abad-an (50 th-an). kawiwit kesah dateng Sumatera taksih jaman tamukipun DI lan TII. Pawongan sintena ingkang mangertosi papan dunungipun sederek Tayu + Subari, dalah putra wayahipun, tuwin ahli waris saking Tayu + Subari, kawula aturi paring pawarta dhumateng redaksi punika. Kawulawarga taksih ngrantu pawartinipun)


(Alamat tidak jelas. Posisi sekarang, keluarga yang di Comal tidak ada yang tahu, sebab Tayu + Subari meninggalkan Desa Sarwodadi Kasowetan sekitar tahun 1951.an. sebelum pecahnya DI dan TII. Kabar terakhir di tahun 1965 Tayu masih kontak surat dengan keluarga Comal bahkan sering kirim paket untuk plunannya (ke anaknya Kartini). Diketahui berita terakhir berada di BALARAJA, RAJABASA, SUMATERA. Tepatnya tidak diketahui.

Akan tetapi kami yakin, baik anak, cucu, atau ahli waris dari Tayu binti Singodikromo + Subari masih ada. Jika mengetahui atau membaca tulisan ini segera saja menghubungi penulis (cicit kemenakan buyut Tayu).

Sebagai tambahan informasi, pada tahun 1965-an anak-anak dari Tayu binti Singodikromo pisah mencari kehidupan sendiri-sendiri. Dan mulai saat itulah hilang berita sampai sekarang dan putus komunikasi. Setengah abad lebih (62 tahun) Tayu binti Singodikromo meninggalkan desa dan kini tidak ada kabar beritanya.

Sebagai ciri-ciri, saat itu anak-anak Tayu binti Singodikromo, Muayah dan Mujinah berambut ngriwil/bergelombang kerap dengan kulit kuning bersih. Dahulu sewaktu di Sarwodadi Kasowetan rumahnya ada di Prapatan Dukuh Kasowetan (utara jalan timur jalan, tepatnya pojokan). Ada informasi tambahan: menantu dari Tayu binti Singodikromo ada yang menjadi dokter. Anak dari Tayu ada yang menjadi angkatan. Hanya tambahan informasi ini saja yang bisa disampaikan (kumpulkasn). Untuk alamat yang bisa disampaikan di sini cuma Balaraja, Rajabasa, Sumatera.

Bila ada pembaca yang mengetahui keberadaannya, hidup dan/atau meninggal dunia, atau mengetahui ahli warisnya dari Tayu binti Singodikromo + Subari, tolong di informasikan ke alamat ini. Informasi dan kedatangan Tayu binti Singodikromo + Subari dan/atau ahli warisnya tetap kami tunggu:
di Sarwodadi: Jalan Pelita 2 Sarwodadi Kasowetan RT.011 RW.002 No.120 Kecamatan Comal, Kabupaten Pemalang 52353 Jawa Tengah atau langsung ke email: lukmanprabowo69@yahoo.co.id


e. Kartini (Sutini) + Djuri (Comal)
(1) Hj. Tayumi Nurjanah + Harits Suwaryo (Suto) (Jalan Pelita 2 Sarwodadi Kasowetan RT.011 RW.002 Kecamatan Comal, Kabupaten Pemalang 52353 Jawa Tengah)
(a) Kustajianto
(b) Abdul Lukman Prabowo + Noimah WR, SPd.I.
(c) Slamet Supriyanto, SSi. + Tati Setyowati (Bogor) = Fina, Askah, Fakih.
(d) Krismiyanti, AMdKom.AMdPd.

f. Darsono

g. HR. Nasrikin/Muhammad Nawen/Kancil + Marsinem (Pontianak)
(1) Sri Naryati, SE. + Tri Riyadi
(2) Drs. Edi Naryanto, MBA. + Syahliati
(3) Endah Muhardi + Nurlaela
(4) Melli Widiastuti + Roni Devi Diyanto, SH.
(5) Hermin Setio Nugroho, ST.
(6) Rita Saptaningrum

h. Sumiyati (Sumiah) + Mardjani (Batan Miroto I Pekunden Nomor 496.P Semarang Barat, Jawa Tengah)
(1) Dra. Dyah Sumaryanti + Nursanto = Diki Markasanjaya, Dikna Novitasari
(2) Sigit Hermoyo + Bekti = Riyan Bagus Pranata, Dimas .......
(3) Drs. Untung Prabowo + Turmeda Laela = Andika Puspita .......
(4) Agung Sri Mulyanto + Nurul Jaemah = Anjas Eko Prasetyo
(5) Sunu Setiawan + Aliyah = Sadewa Agung Samudra
(6) Pertiwi Hestiningrum, AMd. + Musriyanto = Vincent

2. Sarmah + Siyar
          -  Anak = Aryu (Gintung), Astono (Gintung)
          -  Cucu = Suparti, Suharno, Suharto, Hj.Suwarsi (Semarang), Hj.Suharti + Kartono (Gintung) = 
             (Eko, Tati, Tri Hanura, Sus, Bowo), Suharjo (Semarang), Yitno, Warsi. -----

3. Tarmad (Citro Atmodjo) + Tarminah
a. Ir. Sutami (Pemalang/Bogor)
b. -------

4. Cariban + Warem
a. Wasri + Murtono
Wasri + Mijan = Goler Tarjono, Damuah, Triwaluyo (Tiwul)
b. Kartiyah
c. Susah + Tulus = Ratno, Wanto Sadul
d. Tarmini








Kangdjeng Sjekh Lanna V
Kangdjeng Sjekh Lanna VI
Kangdjeng Sjekh Lanna VII

(bit kawit)

Sjekh Lanna

  1. H. Blongkot Andoerrakhman (Bapak Kadji) + Hj. Tarjoemi
  2. Taniman (x)
  3. Tarwidjan + Darsijem
  1. Calam
  2. Wanisem

  • Warsinah + Ta’id
  1. Durmat = Maryoto, Surati, Endang
  2. Yitno (Gintung)
  3. Soyo
  4. Carub Aryanto + Harniti (Iti) = Puji Astuti, Asih, Rini, Noni, Seno, Welas

  • Gosih + Sarmad
  1. Warbi + Tarno = Juriyah + Tahuri, Sumirah, Jatneng, Yitno, Suwiryo, Wunipah
  2. Dirin
  3. Caumi
  4. Wasri

  • Kasman + Dewi
  1. Penjol
  2. Tasumi
  3. Tanwi
  4. Siti

  • Taruni + Taban
  1. Sunarto + Sumiati (Cobra Jaya) = Toni dsb
  2. Suwarno + Yati = Eni Setyani (Tya), Dina
  3. Warnap
  4. Tarsini

  1. Sirat/Sirak
  2. Kesut/Tarmi
  • Sugi
  • Sicar
  • Trinil dsb

  1. Sumi + Arjo
  2. Danu (Susukan)
  3. Sarmadji (Kaso lor) = Ruyati
  4. Madri

Nyuwun gunging pangaksami, sedaya kritik dalah saran kanthi sanget kawula ranthi rina wengi kagem njangkepi data punika. Kawula tengga saestu. Nuwun.

Abdul Lukman Prabowo
Jalan Pelita 2 Sarwodadi Kasowetan RT.011 RW.002 No.120
Kecamatan Comal, Kabupaten Pemalang 52363 Jawa Tengah.
email: lukmanprabowo69@yahoo.co.id