Senin, 10 Maret 2014

Pohon Asam Jawa Usia Ribuan Tahun, Tumbang






Pohon asam jawa (tamarindus indica) tumbang terbelah menjadi tiga bagian, di Desa Padek, Kecamatan Comal, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, menurut legenda berasal dari tongkat sang kakek-kakek, bukan dari biji buah asem. (foto: Dialog/look)


Pemalang, hariandialog.com/Dialog Pohon asam jawa (tamarindus indica) di Pedukuhan Sicengis, Desa Padek RT.15 RW.05 Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, baru-baru ini (10/3) sekitar pukul 07.30 WIB tumbang terbelah menjadi tiga.
Pohon asam jawa (asem) tersebut, menurut warga setempat, usianya lebih dari ribuan tahun. Di bagian dalamnya memang sudah kropos atau bolong dari dahulu. Sehingga karena dimakan usia, tanpa sebab apapun, secara perlahan terbelah menjadi tiga dan roboh. Dua bagian yang mengarah ke selatan dan ke timur menimpa rumah warga dan satu belahan mengarah ke barat. Dalam peristiwa ini tidak memakan korban jiwa.
Robohnya pohon asam di Padek membuat gempar warga sekitar karena pohon in ini merupakan cagar budaya warga setempat dan mempunyai nilai legenda tersendiri.
“Dengan tumbangnya pohon asem ini, hati saya menjadi resah dan seakan-akan ada sesuatu yang bakal terjadi ke depan dan terasa kehilangan sesuatu yang berharga saat ini,” ujar warga yang tidak mau disebutkan namanya.
Penuturan Mbah Syaiin (85) sesepuh warga desa tersebut menjelaskan, bahwa ini pertanda jaman sudah rusak. “Pohon asem yag kokoh bisa tumbang terbelah tiga bagian,” tandasnya.
Disinyalir bahwa Desa Padek adalah desa tertua di sebuah Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang. Yakni sebelum muncul desa-desa di Ulujami, Desa Padek-lah yang pertama kali ada pemukiman (pedesaan). Saat itu jarak desa ke Laut Jawa sangat dekat, bahkan, katanya berdekatan dengan bibir Laut Jawa. Akan tetapi saat ini tahun 2014, bibir Laut Jawa dengan desa Padek berjarak 5 kilo meter. 
Pada pemerintah kolonial Belanda (1910) pun di desa ini pernah berdiri kantor Asisten Residen Belanda (Kantor Kecamatan).
Diceriakan pula oleh Mbah Syaiin asal mula pohon asem tersebut yakni, dahulu kala ada seorang kakek dengan tongkatnya numpang sholat dhuhur di musholah. Lalu tongkat tersebut ditancapkan di halaman musholah, dan kakek menuju padasan untuk ber-wudhlu (bersuci). Hampir lingsir kakek tersebut tidak keluar dari musholah dan warga setempat pun menjadi penasaran lalu mencari sang kakek.
Ternyata di dalam musholah kakek tidak ditemukan. Akhirnya warga tidak berani mencabut tongkat milik kakek misterius dan berjalannya waktu tongkat tadi tumbuh menjadi pohon asem besar sampai sekarang.
“Jadi pohon asem ini asli berasal dari tongkat sang kakek. Bukan dari biji asem,” jelas Mbah Syaiin dan kecewa serta prihatin dengan tumbangnya asem tersebut. (look)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar