Pemalang, hariandialog.com/Dialog - “Saya selalu bangga sebagai bangsa Indonesia. Saya orang Indonesia,” ujar Ir. Sutarip Tulis Widodo Anggota DPR RI Komisi V, dalam sosialisasi empat pilar kehidupan kebangsaan dan bernegara, senin (15/9) di SKB Pemalang, Jawa Tengah.
Di lapangan, katanya, banyak temuan seseorang malu menyebut nama desa tempat tinggal karena desanya tidak terkenal. “Mengapa harus malu? Itu karena sebagai anak bangsa belum mempunyai rasa kebangsaan dan bernegara,” lanjutnya.
Dalam menjalankan tugas MPR RI untuk mensosialisasi empat pilar yang digagas oleh Taufik Kiemas, Ketua MPR RI saat itu, Sutarif yang alumnus ITB ini blusukan kemana-mana. Belum lama ini di hadapan ratusan guru Wiyata Bhakti (WB) Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Pemalang berharap, guru adalah ujung tombak baik di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat, oleh karena itu guru harus bisa segera mungkin untuk mensikapi hal tersebut.
Sutarif mengakui, bangsa Indonesia sudah pada titik nadir dalam degradasi moral berkebangsaan. “Krisis ini tidak datang begitu saja, akan tetapi secara pelan dan pasti. Semua ini terjadi karena kultur global dan campur tangan dunia luar. Disinilah tugas guru lebih tepat untuk mengaplikasikan ke anak didik, keluarga dan masyarakat,” paparnya.
Menurut Sartono Sahlan, Dekan Fakultas Hukum (FH) Universitas Negeri Semarang (Unnes) yang jua sebagai pembicara dalam acara tersebut,empat pilar (Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia) ini sangat penting, “Akan tetapi sekarang telah ditinggalkan oleh negeri ini. Negeri ini tidak boleh meninggalkan peradaban,” jelasnya.
Lebih jauh, kapitalisme dan konsumerisme telah merajahi kita karena jatidiri dilupakan. Janganlah keragaman jadi neraka bagi kita, sebaiknya malah dijadikan power dan diambil nilai positifnya. Empat pilar di atas harus dijalankan untuk mengokohkan negara ini, tukas Sartono. (look)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar