Pemalang, hariandialog.com/Dialog – Curah hujan yang tinggi di akhir bulan Januari 2014 lalu, selain menyebabkan longsor di wilayah selatan dan juga banjir di wilayah utara Pemalang, juga sempat menghentikan usaha arung jeram atau rafting yang ada di Desa Kecepit, Kecamatan Randudongkal, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah.
Banyak kelompok masyarakat berdatangan ingin menggunakan jasa mereka, namun tidak berani merealisasikan karena secara teknis derasnya sungai Comal yang lewat di daerah Kecepit berbahaya untuk rafting.
“Karyawan tetap berangkat, tetapi kalau ada tamu datang dipending. Kisarannya kita pre sejak tanggal 28 Januari lalu,” kata Abdullah, koordinator Rainbow Rafting yang bergerak di bawah bendera PT Sungai Indah Comal.
Desa Kecepit, rutenya dari Randudongkal lima kilometer ke arah Moga ini dialiri Sungai Comal, dimana kondisi sungainya sangat kondusif dan menantang untuk kegiatan arung Jeram.
Arung Jeram Kecepit Randudongkal yang didirikan dan resmi beroperasi belum genap satu tahun ini rata-rata melayani tamu hingga 500 orang perbulan.
“Bulan kemarin sampai 800 orang tamu yang datang. Akan tetapi kalau dirata-rata 500 per bulan,” lanjut Dullah belum lama ini.
Sejarah arung jeram Kecepit diprakarsai oleh Hanif warga Margasari Tegal yang punya bisnis surfing di Bali. Saat pulang ke Tegal kebetulan lewat jalur selatan dan tertarik dengan lokasi tersebut dan akhirnya memberanikan diri untuk mengelola. Sebelumnya telah diadakan survey sampai tujuh bulan untuk memastikan kekonstanan air di musim kemarau maupun musim hujan.
Untuk trek yang digunakan adalah Sungai Comal, mulai di bawah jembatan Kebasen yang ke arah Moga, melewati jalur sepanjang 9 kilometer dan berhenti dua kilometer sebelum bendungan Mejagong. Trip panjang hampir memakan waktu dua setengah jam perjalanan.
Sementara untuk kontur sungainya merupakan perpaduan sungai Serayu, Sungai Elon dan Sungai di Bali. Kecepatan atau klasifikasinya adalah 3 sampai 4 plus. (kukuh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar