PENGALAMAN RELIGIUS WARGA SH TERATE
Ø HARYA NIEL BARROK
Ø HAR MA’MUNIL BARROK
Ø Ki ageng wesi kuning
Ø Panglima syetan
Ø PENDEKAR SABLENG
Ø KANG BARROK
Ø BARROK
Ø MA’MUN
Harya Niel Barrok
Pada sebuah desa terpencil di lereng Gunung Arjuna Purbalingga dekat tempat wisata Pemandian Putri Ayu yang melegenda, lahir seorang anak laki-laki bernama Harya Niel Barrok pada tanggal 23 April 1969 hari Rabu Legi pukul 03.00 WIB. Saat ia lahir dibayini oleh semut yakni si jabang bayi dirubung semut darah sekujur tubuhnya, tidak beberapa lama darah yang menempel pada orok tersebut bersih telah dibersihkan oleh semut-semut tadi.
Ia lahir dari seorang ibu cantik Dasirah binti Djoenned, istri seorang kyai tersohor pada jamannya di Bobotsari Purbalingga yaitu Kjai Basjiroeddin. Pak Kyai yang satu ini adalah jebolan Pondok Lasem Jawa Timur, juga Pendekar Siliwangi yang punya kegemaran atau hobby dan memiliki koleksi beberapa benda-benda pusaka atau ghoib seperti:
- Jalasutra
- Bathara Mara Sima
- Merah Delima
- Kambing Gibas Ghoib
- Ayam Jago Brontok Ghoib
- Kebondanoe (sbgs Peri)
- Pedang Siliwangi
- Keris Siliwangi
- Rahsa Waja
- Kantong Macan (KM) Padjadjaran yang berbentuk kepompong putih
- KM Tegalgubuk bentuk selampai merah
- KM Batu Singaplana dan lain sebagainya
Legenda Gunung Arjuna:
Gunung Arjuna dikenal dengan petilasannya Syekh Jambu Karang. Namun oleh masyarakat setempat, telah diyakini bahwa di sekitar lereng Gunung Arjuna tersebut dahulu kala pernah tinggal seorang sakti mandraguna yakni Ki Kendhil Wesi beserta istrinya (tidak diketahui namanya) yang punya keturunan:
1. Jangkar Wulung
2. Tunggul Wulung
3. Putri Ayu
Konon, \Putri Ayu yang cantik jelita ini menjadi rebutan para demang untuk mempersuntingnya. Tetapi entah kenapa siputri tiba-tiba bunuh diri dan jasadnya murco. Entah depresi atau tekanan oleh pihak-pihak tertentu belum diketahui sebab musababnya. Nah di tempat murconya siputri tersebut, yang lokasi tempatnya sekarang berada di tengah-tengah perkampungan warga dijadikan petilan si- “Putri Ayu”. Namun oleh masyarakat tempat tersebut tidak boleh diziarohi dikawatirkan akan mengarah ke hal-hal yang berbau syirik atau hal-hal yang tidak diinginkan menyimpang dari kaidah agama dan ajaran tauhid.
Itulah sekelumit cukplikan kisah Putri Ayu. Wallahu alam bisawab.
Beliau adalah kakak perguruan Ulama Besar sewaktu ngaji di Lasem yaitu KH. Akhmad Faoezi Noer pengasuh Pondok Pesantren yang ada di Demak.
Ironis, penderitaan Harya Niel Barrok kecil pun tidak sampai disini. Ia yang masih berusia 2 tahun sudah dikasihkan ke orang lain pada Pak Aris dan Ibu Blenden di Mrebet Purbalingga, karena kedua orang tua Barrok tidak mampu lagi merawat oleh karena kondisi ekonomi lagi diuji oleh Allah SWT dengan diberi sebuah kenikmatan pas-pasan dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Menginjak di usia 3 tahun si bocah kecil ini dirulung derita, seluruh tubuh bocah kecil ini ditumbuhi koreng yang makin lama makin merata ke seluruh tubuhnya, mirip scabies atau gudik. Penderitaan itu pun belum berakhir bagai lautan yang tanpa tepi dan ombaknya selalu membuncah tiada henti, tepatnya pada usia 5 tahun tubuhnya membusuk baunya kemana-mana, setiap orang akan jijik mendekati si bocah kecil ini, akhirnya sikecil diusir pulang oleh orang tua asuhnya.
Malang nasib si Barrok kecil, orang tuanya sendiri tidak mau (belum siap) menerima kembali kepulangannya akhirnya ia diasuh oleh orang lain lagi yaitu Rohmiatoen. Bersama Rohmiatoen ia dibesarkan, diobati penyakitnya hingga sembuh total, dan disekolahkan di SD Negeri 03 Limbasari (tamat th.1984). Setamat SD melanjutkan ke SMP Negeri 01 Favorit Bobotsari (tamat th.1990). Mulai dari usia SMP inilah Barrok kecil telah menampakkan keasliannya yaitu hobby berkelahi dengan temen sebaya dan karena kenakalannya yang kelewat batas (tidak ada hari tanpa berkelahi dan selalu membuat onar) ini akhirnya dia sampai 6 tahun duduk di bangku SMP baru bisa lulus.
Tiap hari berkelahi. Karena kebandelan Barrok yang telah melampui batas dibanding anak-anak sebayanya, maka oleh Rohmiatoen dia dititipkan kepada Ulama Besar Demak KH. Akhmad Faoezi Noer di Ujung Pasir, Wedung, Demak. Kemudian si bocah nakal ini pun dijadikan Anak-Mas oleh Pak Kyai selama 10 th-an ia tinggal di Demak.
Sebenarnya Borrok kecil yang nakal ini pun sudah mengenal dan dikenalkan tentang Setia Hati (SH) langsung dari sang ayah sendiri sejak ia duduk di bangku SD kelas 3, dengan diam-diam si-Barrok diajari oleh ayahandanya untuk mengenal, mengerti, memahami ajaran (kerokhanian)dan pencak silat Setia Hati.
Di pesantren Barrok berbeda dengan santri-santri yang lain yaitu tidak ngaji sama Ustad, kata Ustad: “Barrok tidak layak ngaji sama Ustad, tetapi ngajinya cocoknya sama Guru Besar saja, yakni KH. Akhmad Faoezi Noer”.
Dan mulai saat itu apabila santri-santri yang lain ngaji si-Barrok kerjanya cuma ngisi kulah, bersih-bersih, dan lain sebagainya. Ia ngajinya di tempat tersendiri langsung dibimbing oleh Pak Kyai bukan Ustad.
Kemudian oleh Pak Kyai, Barrok dimasukkan ke sekolah MA Al-Wusuto, dan belum tamat dalam menimba ilmu serta mengenyam pendidikan di MA Al-Wusuto oleh ulama Tuban (Ali Maktoeb Ridho bin Kjai Ali bin Sjekh Makdoem Ali Perkoso) Harya Niel Barrok dinikahkan dengan putrinya yang bernama Muntafi’ah Tu binti Ali Maktoeb Ridho pada tahun 1997. Setelah nikah pada usia muda Barrok kemudian kembali ke kampungnya di Purbalingga dengan istri tercinta (th.2000).
Pertama mengarungi kehidupan baru Barrok mengadu nasib pergi ke kota hujan Bogor sebagai (kenek) kuli bangunan. Ia pergi mengikuti langkah kaki kemana saja dia pergi ibarat raga ketuntun suksma, dimana kata hati mengajak pergi ia pun mengikuti bagai air mengalir datan tedhas najan tinigas pedang ligan tidak ada seseorang yang bisa membendung kemauannya yang begitu keras. Terkadang orang lain bahkan saudara-saudaranya pun bingung melihat ulah si Barrok. Kalau tidak bikin ulah itu namanya bukan Harya Niel Barrok kata mereka.
Di tempat perantauan yang baru tidak disengaja bertemu dengan wanita cantik katanya belum makan seharian penuh. Maka oleh Barrok dikasihlah uang sebesar Rp.30.000,- padahal ia sendiri pas-pasan. Dalam kata hatinya tidak tega melihat orang lain menderita walaupun dirinya sendiri juga lagi menderita. Inilah ajaran SH yang pernah ditanamkan dalam jiwa Barrok oleh ayahnya, dan tidak boleh menyerah walaupun nyawa menjadi taruhan dalam menghadapi masalah.
Dalam sambung pun si-Barrok tidak pernah bilang capai walau sampai pingsan sekalian. Sesuatu yang ditanam oleh ayahhandanya benar-benar diamalkan secara istiqomah dan tawadhu’. Sebuah kawruh atau ilmu jika tidak diamalkan maka akan sia-sia pada akhirnya tetapi sebaliknya jika sebuah amal tanpa kawruh adalah nganyawara atau gendheng adanya.
Tak disangka dalam waktu satu minggu wanita tadi (Wati namanya dan Inan suaminya) menjadi kaya mendadak, akhirnya Wati mendadak gila pula karena belum siap menjadi orang kaya. Lalu Barrok pun dipanggil untuk menyembuhkan wanita tersebut. Karena terkagumnya si Barrok melihat wanita cantik kok gila? Ia hanya baca istighfar berkali-kali dengan penuh khusu’ dan yakin tiba-tiba keajaiban itu pun datang dari Allah Ta’ala. Wati pun sadar dan sembuh seketika. Pengalaman ini bagi Barrok sangat mengherankan dan mengesankan bisa menolong orang tanpa pamrih apapun dan merupakan spirit baru pada jiwa Barrok. Ia pun, kini sudah mulai memberanikan diri dan semakin mapan untuk berprofesi ganda selain sebagai seorang kuli, da’i, ustad dan juga sebagai ahli supranatural.
Jadi tukang pijat di istan
pun tidak disangka-sangka sebelumnya
Kemudian pindah ke Bandung karena pekerjaan, yaitu nggarap proyek sebuah rumah mewah milik seorang jendral bintang empat (nama tidak ditulis karena permintaan nara sumber). Pada siang hari yang cerah tiba-tiba seorang ajudan jendral yang bernama Tansil jatuh dan patah tulang, akhirnya Barrok turun tangan mengatasinya. Tangan yang patah cuma dialiri hawa murni dan diberi sentuhan halus penuh kasih tanpa mantra apapun. Tangan yang patah langsung sembuh seketika. Kejadian ini menjadi heboh. Barrok sendiri sebenarnya heran kenapa ia mampu begini mempunyai kalinuwihan yang tidak diketahui sebelumnya?
Barang siapa mengaku hasil karyanya menjadi milik sendiri maka terbelenggulah ia lahir batin. Dari sini ia berpijak bahwa semua itu karena kehendak-Nya semata-mata, dan Barrok hanya sekedar berperan sebagai paralon atau lantaran saja. Sebab barang siapa meninggalkan atau melupakan sebuah permulaan maka ia tidak akan dapat mengakhirinya alias tersesat entah kemana juntrungnya.
Sang Jendral saat itu ternyata lagi sakit strooke sudah 20 tahunan kesana kemari berobat belum ada hasil seperti yang beliau inginkan. Mendengar berita mengenai kuli bangunan yang mempunyai kawiyanan ini beliau sangat tertarik dan ingin ketemu dengan Harya Niel Barrok si bocah nakal.
Ternyata tidak semudah itu jika ingin bertemu dengan orang penting apalagi seorang jendral bintang empat. Prosedur baku pun wajib dilalui. Barrok harus menjalani berbagai interogasi oleh Paskas TNI AU di Mabes Bandung, yakni tentang biografi dia, sekolah, mondok, ilmu yang dipelajari dalam pengobatan dari mana asal usulnya dan lain-lain. Tidak hanya interogasi, akan tetapi Barrok pun harus lulus test kemampuan diantaranya agar diuji mijet Pak Fakhroel, pak Amir Mahmoed bintang satu. Dan setelah dinyatakan layak pijatannya maka diajaklah Barrok ke sebuah kamar khusus (Barrok sendiri tidak paham tentang kamar tersebut). Barrok bingung dan heran mau diapakan kali ini? Apakah aku punya salah dan dihukum, pikirnya seketika.
Akhirnya pasrah pada Allah SWT dan yakin pada dirinya sendiri (Setia Hati) yang ia ingat. Yang diperbuat adalah kebaikan bukan kejahatan ciu diocak-acik mrica pala agawe dakon niyat mono agawe becik tinampa ala mangga kemawon, akhirnya detak jantung pun kembali tenang dengan pola pernapasan “lingkar halus” yang ia miliki.
Di Jalan Setia Budi Bandung ini Barrok pertama kali ketemu dengan Sang Jendral. Seumur-umur ia baru ketemu dengan Sang Jendral sebagai tamu undangan istimewa dan disuruh menyembuhkan strooke-nya sebagai tantangan yang mendebarkan. Alhamdulillah hanya dengan therapy beberapa kali strooke Sang Jendral sembuh total. Beliau sudah bisa main golf dan aktifitas keseharian seperti biasa. Itu pun karena Ridhlo Ilahi, bukan Barrok yang menyembuhkan akan tetapi atas ijin Allah lantaran si bocah nakal ini. Seteleh kejadian ini Barrok kini jadi tukang pijat istana keluar masuk di rumah elite. Jadi tukang pijat di istana pun tidak disangka-sangka sebelumnya walau hanya seorang tukang batu atau kuli kenek kasar pada sebuah proyek. Semua karena kehendak-Nya.
sebagai tukang pijat keluarga Sang Jendral
Setelah Sang Jendral pindah ke Pondok Indah di Jalan Kencana, Barrok pun diajak sebagai tukang pijat keluarga Sang Jendral dan anak-anak beliau juga minta dipijat (Penulis juga pernah bermalam di rumah Sang Jendral di Pondok Indah walau hanya semalam atas undangan Barrok di tahun 2004-an).
Pada tahun 2001 Barrok bersama teman-temannya menangani sebuah proyek pembangunan Pusat Grosir Konveksi dan Sub Terminal Comal. Selang bangunan fisik mendekati 50% jadi Barok muda yang sudah menginjak dewasa ini tak disangka ketemu dengan Mr. Wijiman dan Abdul Lukman Prabowo. Keduanya adalah pendekar SH Terate. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Lama seorang Barrok kepingin meneruskan menimba ilmu SH.
Setelah kepergian ayahnya ia kehilangan sebuah sumur, timba pun kini mengering karena tidak ada tetes air yang bisa ia ambil untuk diteguk. Akhirnya perkenalan pun berlanjut, si Barrok mengejar-ngejar memohon-mohon minta dilatih dan diajari pencak SH Terate (atau ajaran SH), dengan alasan SH yang pernah diajarkan oleh ayahnya belum tutug dan masih baru sekuku ireng saja. Ia ingin meneruskan hingga mnyandang gelar pendekar SH Terate.
Alasan lain: Rama Basjiroeddin (Alm) panggilan nama orang tua di daerah Purbalingga, pernah bilang suatu saat kamu, anakku, akan ketemu dengan seorang warga SH (pendekar SH) dan mintalah kamu dijadikan murid dan minta dilatih pencak. Selain itu kedua pendekar yang ia kenal, kata Barrok, sangat kharismatik, berkesan lembah manah, tenang menghadapi masalah, dan berwibawa penampilannya yang alami tanpa dibuat-buat.
Akhirnya Wijman dan Abdul Lukman Prabowo pun mengawali melatih (tanggal 20 Desember 2001) Barrok dan temen-temannya (7 anak) pekerja-pekerja proyek semua dari sabuk Polos, Jambon, dan pada tingkatan sabuk Hijau tinggal 3 anak termasuk Barrok di dalamnya. Saat menginjak tingkat sabuk putih tinggal Barrok seorang saja yang bertahan. Yang lain sudah mengundurkan diri tidak tabah dalam menjalani latihan SH Terate di Rayon Grosir Konveksi dan Sub Terminal Comal, Ranting Comal, Cabang Pemalang.
Latihan pun berjalan lancar. Wijiman dan Abdul Lukman Prabowo dibantu oleh saudara warga lain Ambar Warroto, Puji Hermawan ST., Benggol Sutopo dan Ust. Alimuddin Mualim. Di akhir sabuk Hijau dan di Putih ini bergabunglah Susilo bin Saleh siswa rayon lain sehingga Barrok kembali punya teman latihan.
Akan tetapi perjalanan Barrok di puncak latihan siswa kembali mendapat tantangan berat. Saat detik-detik mau pendadaran ia menghilang entah kemana. Ia tidak bekerja lagi di proyek alias minggat tanpa alasan yang jelas. Temen-temen sepekerjanya pun kehilangan Barrok. Satu persatu ditanya hanya geleng kepala Cuma bilang, Barrok akhir-akhir ini agak aneh tingkah lakunya mas. Sebagai rasa tanggungjawab seorang pelatih akhirnya Abdul Lukman Prabowo melacak ke kediamannya di Purbalingga. Disana non jauh dari Kota Comal ditemukanlah seorang Barrok yang lagi termenung kebingungan. Akhirnya pun Barrok mau bicara terbuka hatinya walaupun terasa berat untuk menceritakan dari awal kisah ia mingat latihan dan mbolos bekerja dari proyek pembangunan pusat grosir konveksi dan sub terminal comal.
Alasannya sangat sepele sekali.
Yakni ia tidak (belum) siap biaya untuk pelaksanaan pengesahan (wisuda warga) dan malu serta takut untuk menceritakannya pada kakak pelatih. Akhirnya Abdul Lukman Prabowo pun bisa membujuk dan merangkulnya kembali pulang ke Comal.
Masalah biaya itu bisa dirembug dengan sesama leting latihan dan pelatih yang menanganinya, dengan catatan ada kesungguhan dan keseriusan dalam latihan, serta punya kemauan ingin menjadi pendekar SH Terate dan loyal always, ujar Lukman.
Barrok kembali tenang dan selalu tawadzu’ dengan Sang Guru seperti yang digulowentah selama ini di pondok pesantren. Yang lebih unik pada diri Barrok adalah, sebelum latihan dimulai ia selalu berdoa dan tawasul kirim Surah Al-Fatihah kepada sang guru dan kakak pelatihnya. Inilah yang berbeda dengan siswa-siswa SH Terate pada umumnya. Ia selalu kirim Al-Fatihah pada kakak pelatih tiap memulai latihan. Ia sangat takut dengan kakak pelatih/sang guru (ustadz).
Jika sang guru tidak kepranan di hati maka segala ilmu (ajaran) yang pernah ia terima tidak bakalan berkah dan mbarokahi baginya. Itulah prinsip seorang pendekar Barrok sampai sekarang yang selalu ia pegang teguh dan tidak pernah bilang capai, mengeluh, atau menyerah.
Kini Barrok sudah kembali latihan bersama Susiolo hingga ke sabuk putih sampai selesai menuju pintu pendadaran dan pengesahan. Pengesahan Warga Pendekar (Wisuda Warga SH Terate) dilaksanakan di Tapis Magelang. Kini, Harya Niel Barrok dan Susilo bin Saleh sudah jadi warga sebagai alumni Rayon (Unit Latihan) Pusat Grosir Konveksi dan Sub Terminal Comal, Ranting Comal, Cabang Pemalang, Pusat Madiun di syahkan pada Malam Minggu tanggal 29 Maret 2003. Kain Mori Putih panjang sakdhedheg-sakpengawe telah melingkar dipinggang mereka resmi sebagai pendekar tingkat satu (trap satu) bersertifikat.
dari tubuh Barrok keluar seekor Harimau
Berjalannya waktu yang panjang pembangunan proyek pun kini sudah selesai, akhirnya Barrok bekerja ikut seorang kontraktor Kinun orang Sragi Pekalongan. Pada suatu malam ia tidur di gudang sendiri, layap-layup tidak tidur tidak melek datanglah mahluk ghoib kuntilanak dengan tertawa-nya yang khas menakutkan, membuat bulu kuduk berdiri dan sumber suara itu mendekat. Spontan karena ada rasa takut, tiba-tiba dari tubuh Barrok keluar seekor Harimau mengejar dan memakan mahluk tadi. Dan kuntilanak itu menghilang. Barrok kembali tidak mengerti, harimau apaan yang keluar dari tubuhnya? Apakah titipan siliwangi dari almarhum sang ayah? Teka-teki ini bagi Barrok tidak perlu dijawab, biarlah Allah SWT saja yang tahu dan tetap menjadi misteri.
Kehidupan Barrok berjalan seperti biasa terkadang diliputi misteri. Berbagai pengalaman religius pun sering ia alami.
Tahun 2010 sang pendekar SH Terate (Barrok) ini pun bekerja agak ekstrim menyerempet bahaya jadi tukang pijet di Lokalisasi Pekerja Seks Komersil (PSK) Lebaksiuw Penggrajian selama dua bulan, selain sebagai kuli bangunan ia nyambi pijat vagina wanita palanyahan penghuni lokalisasi tersebut. Rata-rata mereka minta pijat (maaf, vaginanya biar serasa prawan atau pijat kencang vagina) al hasil pijatan pendekar muda ini sangat digandrungi oleh si kupu-kupu malam. Mereka sama sekali tidak ada yang komplain bahkan rata-rata jadi pelanggan tetap.
Selama memijat penghuni lokalisasi tersebut di atas sama sekali tidak ada rasa nafsu birahi dengan wanita-wanita tadi, mungkin sudah terlatih tirakat batin sejak ikut gabung ke SH Terate, ia malah merasa kasihan dan sedih melihat mereka menjual diri hanya demi memperoleh selembar uang. Wajahnya yang manis dan cantik, tubuhnya yang sintal dan kenyal dijual obral sama sekali tidak berharga. Bahkan ada primadona disitu sebagai pelanggan pijat pada Barrok, sambil dipijat dia dikasih saran untuk njalani ibadah sholat semampunya, akhirnya wanita tersebut sadar dan keluar meninggalkan perkerjaan sebagai pekerja seks komersil dan pulang kampung mau kerja apa saja asal halal.
Lalu menyembuhkan orang Limbasari patah tulang tangan kanan. Hanya therapy 3x dengan meletakkan tangan kiri di atas telapak tangan pasien, kemudian atur nafas dan menyalurkan hawa murni hanya berjalan 5 menit sembuh. Dan sering menyembuhkan pula patah-patah tulang orang di desanya sampai sekarang.
Ada orang gila pada tahun 1999 di Limbasari bernama Kaki Sayid karena belajar ilmu kadigjayan yang tidak sesuai dengan kadar kemampuan jiwa dan basic kepribadiannya lemah maka menjadi luber alias gila. Mobil pun jika digejog oleh Kaki Sayid, AS roda mobilnya langsung patah karena pengarauh “tenaga dalam” yang ia miliki. Tidak ada seorang pun yang berani mendekati karena sikapnya menggila. Hanya dipegang oleh Barrok dengan tenaga metafisik dia (Kaki Sayid) jadi luluh dan sembuh.
Di Marina Ancol tahun 2011 Barrok menyembuhkan seorang kontraktor dan pengusaha dari Palembang (nama & alamat pada redaksi) yang terkena strooke sudah 10 tahunan. Hanya di therapy selama satu minggu beliau sembuh dan kini akhirnya Barrok diberi pekerjaan agak enak sebagai pelaksana proyek. Dan oleh suhu sang kontraktor Palembang tersebut Barrok juga mendapat julukan Panglima Syetan sebab daerah angker apa pun jika dimasuki Barrok menjadi aman terkendali dari gangguan mahluk-mahluk ghoib yang serba jail.
Selain itu Barrok juga mendapat julukan Ki Ageng Wesi Kuning di dunia kesatrian karena di punggungnya ada wesi kuning diantara tulang dan daging yang dahulu dimasukkan oleh sang ayah tercinta Kjai Basjiroeddin saat ia kecil.
Ada pengalaman pahit yang mengenaskan sa’at Barrok silaturrahim ke rumah Kjai Moe’atin Ulama Lasem. Kjai Moe’atin terkenal dukun sakti, maka Barrok kepingin menimba kawruh pada beliau, sejak jam 08.00 WIB sampai jam 24.00 WIB sang Panglima Syetan sama sekali tidak ditemui oleh tuan rumah karena tidak membawa buah tangan seperti tamu-tamu yang lain. Hampir jarum jam menunjukkan angka 12 malam (24.00 WIB) baru ditemui lalu salaman, tangan Kyai diremuk hingga kesakitan. Lalu kyai bertanya:
“Mau apa, Kang Santri?”
“Golek ijasah Kyai,” jawab Barrok.
“Bawa apa. Ijasah gunanya buat apa?” tanya sang Kyai penuh curiga.
“Saya dari Purbalingga jauh-jauh, tidak punya apa-apa cuma mau nyantri, Kyai.”
“Kang santri minta apa ke sini?” tanyanya lagi dengan nada segan setelah keluar dari kamar karena jarinya masih kesakitan.
“Saya sudah tidak butuh apa-apa lagi, Kyai,” jawab Barrok dengan emosi.
Tak diduga Ki Ageng Wesi Kuning muda ini pun dipanggil ke dalam oleh Kyai diberi apa saja yang diminta, semuanya dikasih.
Tapi hasrat untuk nyantri pun hilang karena sang Kyai dari awal tidak menghormati tamu sama sekali. Niatnya diurungkan dan Barrok yang bandel langsung pamit pulang.
saya tidak usah menanyakan penyakitnya apa
akan tetapi penyakit yang akan bicara sendiri dengan saya
Penulis pun penasaran dengan keahlian Barrok cara dia menyembuhkan penyakit. Penulis pun di therapy penyakitnya. Kata Panglima Syetan: penyakit itu yang bicara dengan saya mas, saya tidak usah menanyakan penyakitnya apa akan tetapi penyakit yang akan bicara sendiri dengan saya, ujar Barrok.
Sangat sederhana memang. Tiap orang mempunyai keahlian dan kemampuan yang berbeda-beda, keahlian apapun bentuknya tidak bisa ditiru oleh siapapun. Semua itu karena rakhmat dan hidayah-Nya. Dia mengaku, selama ini teknik penyembuhan yang ia jalani tidak ada teorinya dan tidak ada yang mengajarinya, akan tetapi dengan cara dia sendiri seperti ada yang menuntun untuk melakukan sesuatu. Dan masih banyak pengalaman religius lain dari sang Panglima Syetan.
Harya Niel Barrok alias Panglima Syetan alias Ki Ageng Wesi Kuning bin Kyai Basjiroeddin dengan istri tercinta Muntafi’ah Tu binti Ali Maktoeb Ridho bin Kjai Ali bin Sjekh Makdoem Ali Perkoso telah dikarunia empat anak tersayang:
1. Fatih Khatul Jannah.
2. Akhmad Shohibul Syarif.
3. Alya Nilbarok.
4. Ahid Ma’arif.
Itulah perjalan hidup Panglima Syetan alias Harya Niel Barrok dari kuli bangunan, jadi kenek, lalu jadi tukang, kemudian jadi mandor, dan kini sebagai pelaksana proyek bangunan (red. kapan mau jadi kontraktor sang pendekar?).
Pijet-nya pun beda dengan tukang-tukang pijet yang lain. Ia telah menemukan resep sendiri, tidak sakit dan enak yang penting bisa menyembuhkan penyakit, katanya. Jika pijetnya sakit tidak akan laku di kalangan Istana atau di keluarga jendral, mas, tambahnya lagi. Ia pingin pijetnya itu ini enak dirasa tetapi penyakitnya menjadi kabur jauh.
Sebagaimana layaknya pendekar pada umumnya, Barrok kecil sewaktu ayahandanya masih sugeng telah diwarisi beberapa ilmu kadigjayan seperti gelap ngampar, lembu sekilan, sir gunting, dan besi kuning. Akan tetapi semua ilmu-ilmu tadi hanyalah kulit saja sama sekali kurang memuaskan di kolbu bagi Panglima Syetan. Ia lebih cocok dengan ilmu SH Terate sebuah kawruh tuwo yang penuh kesahajaan namun mampu ngatasi segala masalah. Ajaran dan ilmu SH adalah simbul daripada Islam yang telah membentuk karakter Barrok hingga kini. Ilmu SH tidak akan bisa dipahami jika orang itu tidak mau memahaminya, maka dari itu ia pun tetap belajar mendalami ilmu Setia Hati sampai ajal menjemput. Tidak berhenti sampai di sini.
Sang pendekar punya satu cita-cita lagi yaitu kepingin silaturahim ke dalemipun guru besar SH Terate (H.Tarmadji Boedi Harsono, SE.) ingin memeluk dan foto bareng beliau belum bisa terwujud. Tetapi keinginan bertemu dengan orang-orang penting di negeri ini sudah terlaksana seperti ketemu menteri, ketemu sang jendral, mantan presiden, pejabat negara, ulama-ulama besar dan sebagainya.
Ia berprinsip, seorang Harya Niel Barrok tidak pingin dielu-elukan seperti selebritis atau artis/aktor, seperti itulah perjalanan seorang Ki Ageng Wesi Kuning atau Panglima Syetan dan juga ia seorang pendekar SH Terate. Ia pernah tinggal di Istana, padahal ia adalah orang biasa orang kecil yang tidak punya apa-apa. Sampai sekarang pun ia hidup sederhana. Ia pun tetap berpetualang mendharmabhaktikan hidupnya untuk kebaikan orang lain. (*) (lo0k 19/2/2011).
Biodata:
Nama : Harya Niel Barrok
Nama Kecil : Har Ma’munil Barok bin Kyai Basjiruddin
Nama Ranting : Unit Latihan/Rayon Grosir Konveksi dan Sub Terminal Comal
Tempat Tgll. : Purbalingga, 24 April 1969
Weton : Rabu Legi
Nomor Induk Warga : 030470028
Pengesahan : Magelang, 29 Maret 2003
Agama : Islam
Pekerjaan : Tukang, Pelaksana Proyek, Wiraswasta, dan Da’i
Pekerjaan Ortu : Kepala Depag Purbalingga
Alamat : Ds. Limbasari RT.003 RW.001 Kec. Bobotsari, Kab.Purbalingga Jawa Tengah
Pendidikan Terakhir : MA Al-Wusuto Demak
Hobby : Ceramah Islamiah dan Pencak Silat
Minuman Kesukaan : Juice Alpokat
Makanan Favorit : Nasi Goreng
Motto : Kejujuran Adalah Modal Hidup
Bersambung ke sosok profile Warga/Anggota SH Terate lain yang lebih menarik tentunya, lebih antik & unik, serta mengesankan. Tunggu saja!!! Bersambung........
-------------- ( l o O k ) -------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar