Pemalang. Dialog - Konon, dahulu kala pantai Blendung di wilayah Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang airnya dapat mempererat tali kasih calon pengantin dan bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Cerita dari mulut ke mulut ini pun sampai kini masih berkembang bagai jamur di musim semi. Dari pengaruh cerita legenda itulah dapat dilihat pada setiap hari Jumat Kliwon dan malamnya banyak pasangan muda-mudi yang datang. Bahkan penghasilan bersih dari penjualan tiket masuk pantai di hari Jumat Kliwon kemarin (22/3), mencapai 20 jutaan rupiah, dari penuturan salah satu tokoh masyarakat Desa Blendung. Dan hari-hari biasa, senin sampai minggu mencapai puluhan juta lebih, ujar salah satu warga yang tidek bersedia disebutkan namanya. Sangat fantastis. Tetapi sayang pengelolaannya dan pemberdayaan pantai sangat amburadul dan nyaris terlantar mengenaskan. Bahkan terkesan dibiarkan terlantar, kotor, kumuh, mengenaskan, tidak ada sentuhan-sentuhan tangan yang peduli dengan lingkungan.
Padahal pada tahun 2008 Dinas Perhubungan Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Pemalang telah melakukan peningkatan sarana dan prasarana
pariwisata di obyek wisata Pantai Blendung. Kondisi jalan yang mendekati bibir
Pantai Blendung dibuat cukup mulus, dengan kanan kiri
jalan diapit tambak-tambak milik masyarakat sekitar, dan juga dibuat jembatan kecil yang menarik dengan
dominasi warna biru muda. Sebagai semacam penanda memasuki kawasan obyek wisata
Pantai Blendung terdapat gapura sebagai pintu masuk menuju pantai. Tapi sayang tidak
terawat dengan baik.
Tempat berteduh dan mainan anak-anak yang tenggelam oleh robnya
(pasang) air laut dan ditumbuhi rumput seperti rawa-rawa malah menjadi sebuah
tontonan dan tetap dibiarkan begitu saja. Pengelola pantai (front
masyarakat) saat ini masih mengharapkan adanya bantuan dari
pihak atau instansi terkait untuk membangun obyek wisata Pantai Blendung agar
menjadi asri, nyaman dan indah dipandang.
Masyarakat juga berharap Pantai Blendung dapat menjadi
objek wisata yang mampu dijual seperti tempat-tempat lain di Pemalang. Hal itu dibuktikan dengan kesediaan masyarakat
merelakan sebagian tanah hak milik pribadi mereka untuk pelebaran jalan menuju ke pantai. Bagi
masyarakat pemilik tambak tidak akan meluaskan tambaknya. Sebab, daerah itu merupakan sabuk hijau.
Kekuatan magic pantai, hingga mampu
menyerap ribuan pengunjung pada hari-hari tertentu, tersebut juga dibenarkan
oleh Juru kunci pantai Mbah Suwaryo melalui istrinya yang punya warung makan di Pantai
Blendung, bahwa legenda itu masih diyakini
oleh masyarakat setempat dan sekitarnya.
Tidak jelas
asal muasal cerita legenda tersebut, namun konon pantai itu mampu memberikan berkah dan barokah. Pengunjung yang berkepentingan dalam soal spritual
biasanya akan diantar oleh Mbah Suwaryo ke sumur yang dikeramatkan yang
letaknya di bibir pantai.
Sumur itu disebut-sebut sangat misterius, karena
lokasinya dapat berpindah-pindah di areal seputar pantai, airnya tawar walau berbatasan dengan pantai. Biasanya sumur itu muncul dalam radius 100 meter dari
bibir pantai di tanah yang ditumbuhi rerumputan. Sumur itu, konon hanya dapat
ditemukan oleh yang berjodoh (yang beruntung) saja,
sehingga bagi pengunjung yang tidak menemukan sumur misterius itu sering menggunaan air pantai sebagai penggantinya.
Cerita lain yang terkait dengan pantai Blendung adalah keberadaan Mbah Tumpuk sebagai penunggu ghoib
Pantai Blendung. Konon ia tokoh gaib
berbentuk ular besar yang melingkar-lingkar dan tampak menumpuk maka dijuluki Mbah
Tumpuk. Cerita-cerita itulah yang berpengaruh
terhadap daya tarik obyek wisata yang kini dikelola oleh
masyarakat Blendung itu. Menurut salah seorang supranatural yang tidak mau
disebutkan namanya, “Sebenarnya sumur ghoib yang dimaksud berada sekitar 25
meter ke laut (lurus dari menara pantai ke utara) dengan diameter 1 meter, di
atasnya ada sebilah keris berdiri melayang di jaga oleh dua ekor ular besar di
atas bibir sumur, melingkar. Airnya tawar walau berada di tengah air laut. Nah
air tersebutlah yang mempunyai khasiat luar biasa untuk pengobatan dan
lain-lain jika bisa mengambilnya. Hal ini berhubungan erat dengan
keberuntungan,” ujarnya sambil konsentrasi menunjuk lokasi.
Dengan segala keterbatasan serta kekurangan yang dimiliki, Pantai Blendung saat ini tetap mampu
menjadi salah satu tempat alternatif bagi masyarakat untuk sedikit melupakan
rutinitas sehari-hari. Bukan merupakan hal mustahil kelak pada masa yang akan
datang, obyek wisata Pantai Blendung mampu menjadi seperti
obyek wisata yang melekat di hati masyarakat Kabupaten Pemalang dan sekitarnya jika ditangani lebih
profesional, dikelola dengan lebih baik lagi, dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang lainnya serta dijaga, dirawat,
dan dikembangkan lebih modern.
Sebenarnya Pantai
Blendung merupakan salah satu obyek wisata bahari andalan Kabupaten Pemalang, namun masih dikelola secara
konvensional, di mana orang-orang yang menjadi petugas adalah kepanjang tangan
kepala desa, sehingga tata kelola terkesan tidak profesional dan karcis tanda
masuknya pun diduga tidak resmi, menurut penuturan beberapa pengunjung dan ada
pula yang telah membayar di pintu masuk tetapi tidak diberi karcis. (loOk)
sore sore jalan jalan ke pantai blendung, enak buat nyantai....
BalasHapus