SETIA HATI TERATE RANTING COMAL
CABANG PEMALANG, PUSAT MADIUN
Sekretariat: Jln. Pelita 1 No.01 Sarwodadi Kasowetan
Kecamatan Comal, Kabupaten Pemalang 52363
Jawa Tengah
CP (Contack Person) :
0858 7861 2578 (Sopah), 0856 4255 4254 (Ali S.), 0878 3059 8434 (Ali S.),
0877 6463 8055 (lo0k), 0853 2800 9755 (loOk)
MUKADIMAH
Bahwa sesungguhnya hakekat hidup itu berkembang menurut kodrat iramanya masing-masing menuju ke-kesempurnaan, demikian pun kehidupan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Mahaesa, hendak menuju ke-keabadian kembali kepada “Causa Prima”, titik tolak segala sesuatu yang ada, melalui tingkat ke tingkat, namun tidak semua Insan menyadari bahwa yang dikejar-kejar itu telah tersimpan menyelinap di lubuk hati sanubarinya.
Bahwa Setia Hati sadar dan mengakui hakiki itu dan akan mengajak serta para warganya menyingkap tabir atau tirai selubung hati nurani dimana “sang mutiara hidup” bertahta.
Bahwa Pencak Silat merupakan salah satu ajaran Setia Hati Terate dalam tingkat pertama berintikan seni olahraga yang mengandung unsur-unsur pembelaan diri untuk mempertahankan kehormatan, keselamatan, dan kebahagiaan serta kebenaran terhadap setiap penyerang.
Dalam pada itu Setia Hati sadar dan yakin bahwa sebab utama dari segala rintangan dan malapetaka serta lawan kebenaran hidup yang sesungguhnya bukanlah Insan, makhluk atau kekuatan yang berada di luar dirinya. Oleh karena itu Pencak Silat hanyalah salah satu syarat untuk “mempertebal kepercayaan pada diri sendiri” dan “mengenal diri pribadi” sebaik-baiknya.
Maka Setia Hati pada hakekatnya tanpa mengingkari segala martabat keduniawian, tidak kandas dan tenggelam pada pelajaran Pencak Silat sebagai pendidikan ketubuhan saja, melainkan lebih lanjut menyelami ke dalam lembaga kejiwaan untuk memiliki sejauh-jauh kepuasan hidup abadi lepas dari pengaruh rangka dan suasana.
Sekedar memenuhi syarat lahiriah disusunlah Organisasi “Persaudaraan Setia Hati Terate”, dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga-nya, sebagai ikatan diantara anggota Persaudaraan Setia Hati Terate dan lembaga yang tergabung sebagai pembawa dan pemancar cita.
@ PSHT Pusat Madiun.
SELAYANG PANDANG SHT RANTING COMAL
dhuh... dhuh... adhuuh…
Pangeran Kang… Maha Aguung…
ngegungna ing pangaksami… sagung kalepatan hulun…
tebihna ing sisip sembir…
(megatruh)
…sageda sabar santosa, …mati sakjroning ngaurip,
…kali sing reh aruara, …murka angkara sumingkir,
tan len meleng malatsih , …sanityasing tyas memasuh,
…badharing sapudhendha, …antuk mayar sakwatawis,
…borong angga swarga mesi martaya.
(sinom)
Nyamut-nyamuut… perlahan tapi pasti… tembang megatruh (megat-ruh/roh) alias mati sakjroning urip, urip sakjroning pati. Secara syahdu, sumilir, desir aura tembang religi tersebut menelusup ke gendherang telinga dan mengendap-endap masuk ke relung hati yang paling dalam. Di sana ia berdiam diri. Merenung. Berkhalwat. Berdialog dengan Sang Kholik disaat sunyi, sepi, sunyoratri wanci
tengange ndalu. Subhanallah.
Seiring alunan tembang sakral (gubahan pujangga besar R. Ng. Ranggawarsita) tersebut di atas, bersama itu pulalah Pendekar Tiga Serangkai yakni Sopah, SPd.SD., Ali Sodikin, SPd.SD., dan Muntoha, SPd.SD., yang kharismatik penuh percaya diri, wibawa tapi murah senyum, humoris tapi terarah, lembah manah tapi tegas, sabar tapi keras, dan nyedulur ke berbagai lapisan masyarakat tidak pandang pada si-kaya atau pada si-miskin, si-tua-bangka atau si-muda-belia, suku, agama, entah ras dan apalagi pangkat derajat. Beliau, pandekar tiga serangkai tersebut kini telah menorehkan jejak kakinya dengan tinta barokhah di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 01 Comal (Jalan Ahmad Yani Comal, di sebelah selatan Kecamatan Comal) tepatnya pada tanggal 26 desember 1985 hari kamis pahing.
Dan momentum ini, tanggal tersebut telah terukir sebagai awal bit kawit berdirinya beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (SH Terate) Ranting Comal, Cabang Pemalang, Pusat Madiun. Dan setiap tanggal itu pulalah sampai sekarang SH Terate Ranting Comal memperingatinya sebagai hari jadi “dengan se-ala’ kadarnya” tidak pakai pesta pora yang ujung-ujungnya mengakibatkan banyak mudhorot.
Beliau yang beken dijuluki Pendekar Tiga Serangkai tersebut adalah jebolan SPG Pemalang dan sekarang sudah merampungkan tugas studynya menggondol gelar titel S1 (Sarjana Strata Satu). Disamping pengabdian beliau pada negara saat itu, yakni magang sebagai pengajar pada sebuah Sekolaah Dasar (SD) Negeri, beliau juga membawa amanah besar dari sang guru silatnya, Taufik Rokhim, S.Pd.SD. yang sekarang menduduki jabatan sebagai Ketua SH Terate Cabang Pemalang.
“Menjadi manusia berbudi luhur tahu benar dan salah, menjadi manusia seutuhnya sebagai titah sakwantah tajaling dzat pinestining Gusti.”
Amanah tersebut yaitu mengamalkan ajaran ilmu Setia Hati atau ke-SH-an (induk ajaran kerokhanian di SH Terate) yang beliau peroleh selama ngangsu kawruh guna mendharmakan ilmu yang dimiliki kepada orang lain untuk kebaikan, keselamatan sesama titahing Gusti, karnyenak tyasing sesami, leladi sesamining dumadi tuwin amemayu hayuning bawana, untuk disampaikan ke adik-adik tercintanya, serta masyarakat umum agar menjadi manusia berbudi luhur tahu benar dan salah, menjadi manusia seutuhnya sebagai titah sakwantah tajaling dzat pinestining Gusti lan narima sihing Pangeran (narima ing pandum).
Yakni mengajarkan kasunyataning urip (jagad gumelar lan gumulung atawa jagad cilik lan gedhe lan tuwin sangkan paraning dumadi, inna lillahi wa inna ilaihi raaji’uuna wa innaa ilaa rabbinaa lamunqalibuuna “sesungguhnya kami milik Allah dan kami akan kembali kepada-Nya dan kami pasti akan kembali kepada Tuhan kami”. Inilah kalimat terakhir yang perlu kita dengungkan setiap saat sebab tidak ada yang abadi di dunia ini dan dunia ini pun serba jaiz. Hanya Allah SWT yang mengetahui rahasia-Nya.
Setia Hati Terate (SH Terate) melalui pendidikan rokhani dan pelajaran pencak silat ingin membantu warganya mencapai tingkat insal kamil tersebut agar dapat hidup makarti, ikut memayu hayuning bawana sesuai dengan fitrahnya.
Manusia seutuhnya menurut ajaran SH Terate adalah manusia yang dalam segalanya gerak dan upayanya selalu berkiblat pada Tuhan Yang Mahaesa, oleh karena itu maka waarga/anggota SH Terate dilatih dalam 8 (delapan laku warga) adalah:
1. Tidak sombong. Sebab kesombongan berarti menyekutukan Tuhan Yang Mahaesa dan tidak setia.
2. Sederhana. Pada dasarnya manusia itu tidak punya apa-apa, Tuhanlah pemilik keseluruhannya.
3. Berani. Semua, karena segalanya ada di tangan Tuhan, manusia hanya sekedar pelaku semata.
4. Mencintai alam semesta seisinya. Karena seluruh alam ini adalah makhluk Tuhan yang mempunyai fungsi sendiri-sendiri dan saling membutuhkan.
5. Sabar. Artinya dapat menahan atau mengendalikan nafsu dan penuh welas asih selalu siap memberi pengampunan (cepak pangapurane) dan tidak membenci.
6. Ikhlas. Yakni bisa menempatkan diri dalam setiap keadaan, tidak pernah mengeluh dan tahan dalam coba dan penderitaan, walaupun dalam keadaan apapun dan dimanapun Tuhan selalu menyertai umat-Nya.
7. Aktif. Siap membantu yang lemah dan mendahulukan kepentingan orang lain daripada dirinya sendiri.
8. Jujur. Tulus. Karena sadar bahwa dalam menghayati pola hidup ini tidak ada gunanya berlaku tidak jujur, tidak tulus. Ketidak jujuran akan menghambat dan merugikan perkembangan jiwa SH disamping merugikan hidup bermasyarakat.
Apa yang telah diajarkan oleh leluhur tokoh dan pendiri Persaudaraan Setia Hati Terate (SH Terate) sama sekali tidak menentang hukum alam dan ketentuan Tuhan. Ajaran itu pun tetap utuh dan lestari sampai sekarang tidak dikurangi dan juga tidak ditambah-tambahi.
Yang dimaksud tidak menentang hukum alam dan ketentuan Tuhan yaitu sebagai misal: Manusia itu jika lapar ya makannya nasi, roti, keju, dan lain-lain, bukan makan beling atau kaca neon (lampu listrik). Lagi, manusia jika mau memecahkan sebongkah batu besar ya dengan palu (hamer) besar pula bukan dengan telapak tangan atau pukulan magic jarak jauh atau aji lebursaketi, brajamusti, brajalamatan dan sejenisnya? Itulah salah satu dari ajaran ilmu Setia Hati yang tetap abadi tidak tergiur oleh perubahan jaman.
Tatkala itu, Perjuangan Pendekar Tiga Serangkai tidak semulus seperti yang dibayangkan penuh aral rintang. Apalagi pada jaman itu, animo masyarakat: yang namanya beladiri apalagi pencak silat sangat identik dengan brandalan, ugal-ugalan, kenakalan remaja, gelut-gelutan, pokoknya yang serba konotasi jelek selalu dikaitkan dengan beladiri.
Padahal di SH Terate ajarannya berbeda jauh dengan prediksi masyarakat pada umumnya. Baik anggota (warga SH Terate) atau pun siswa SH Terate dilarang keras berkelahi disembarang tempat (lih. pepacuh SH Terate), apalagi bukan hal yang dianggap prinsip atau urusan yang sangat prinsip. Masalah prinsip disini kategorinya adalah sesuatu permasalahan yang menyangkut keselamatan jiwa atau nyawa seseorang, harga diri keluarga dan sebagainya yang sejajar dengan ajaran dan kaidah agama atau seiring kebenaran hakiki atau kebenaran Tuhan pencipta alam semesta. Isi pepacuh Setia Hati Terate adalah:
1. Antara sesama warga tidak boleh berkelahi.
2. Tidak boleh merusak purus ijo.
3. Tidak boleh merusak pagar ayu.
4. Tidak boleh melanggar tertib administrasi dan tertib organisasi.
Dan dalam persoalan sepele harus ngalah, jika tidak bisa dihindari maka ngalih-lah, dan ngamuk adalah jalan akhir jika sudah menthok serta menyentuh hal yang lebih prinsip. Ngamuk juga tidak sekedar asal ngamuk, akan tetapi ngamuk yang bisa mrantasi gawe parigawe, dan menang tanpa ngasorake (menang tidak dengan mengalahkan lawan), yen wani aja wedi-wedi, yen wedi aja wani-wani (lihat ajaran kerokhanian atau ke-SH-an dan filosofis jurus Setia Hati Terate). Hal tersebut telah termaktub dalam jiwa orang-orang Setia Hati Terate yakni:
1. Berbudi luhur.
2. Pemberani dan tidak takut mati.
3. Soal kecil mengalah, soal besar (prinsip) baru bertindak.
4. Sederhana.
5. Suka memayu hayuning bawana.
Dalam perjalanan mengembangkan roda organisasi pencak silat SH Terate, Pendekar Tiga Serangkai pun banyak mengalami berbagai kendala dan rintangan. Namun karena kegigihan dan tidak ada kamus menyerah, nggresula, tidak gemrungsung, tidak emosional, tidak gusar, tidak adigang adigung adiguna, panas hujan bukan kendala, tengah malam diserang kantuk pun bukanlah alasan, selalu kober, pinter, bertanggungjawab, tetap siap berjuang, kini SH Terate Ranting Comal menuai hasil. Perkembangannya pesat luar biasa. Orang bijak tambuh, sing telaten bakalan panen. Pepatah tersebut telah dibuktikan oleh pendekar tiga serangkai.
Berawal, awal mulai berdiri tanggal 26 Desember 1985 yang lalu kehadiran SHT mendapat sambutan sangat hangat dan respon yang positif dari seluruh siswa siswi SMA Negeri 01 Comal pada saat itu, dan langsung masuk dalam program ekstra kurikuler resmi. Bapak Kepala SMA Negeri 01 Comal, Darkono yang lebih akrab dipanggil pak Dar (sekarang beliau sudah almarhum), pada saat itu, sangat respek sekali. Bahkan setiap upacara Senin Pagi di halaman sekolah beliau pun dalam sambutan atau pengarahan ke siswa siswi didiknya selalu mempromosikan SH Terate:
”Untuk menjaga mental yang tangguh dan berkepribadian, sehat jasmani dan rokhani ikutlah ekstra kurikuler pencak silat, apalagi yang putri-putri itu wajib ikut agar bisa menjaga dirinya sendiri dari gangguan luar. Walaupun putri janganlah jadi orang lemah. Hari rabu sore dan minggu pagi ada ekstra kurikuler beladiri pencak silat,” ujar beliau diulang-ulang setiap sambutan upacara senin pagi. Akhirnya pun banyak siswa siswi yang tertarik dan ikut bergabung latihan pencak silat. (Penyunting buku ini pun awal tertarik ikut latihan SH Terate oleh karena promo Pak Dar pada saat itu).
Kemajuan yang diraih SH Terate Ranting Comal tidak lepas oleh bantuan saudara warga SH Terate lain seperti Cuparso (TU SMA Negeri 01 Comal saat itu, sekarang “2013” sbg PNS di KPUD Kabupaten Pemalang, Subihardi (sekarang sbg PNS BPLP Semarang), Budi Waluyo (sekarang di Jakarta), Budi Iswanto (sekarang di Jakarta), dan lain sebagainya. Program latihan yang dikembangkan bukan cuma latihan pencak silat beladiri, pencak seni, dan olahraga saja. Akan tetapi juga adanya program kemasyarakatan seperti:
ü Bhakti sosial seperti resik-resik jalan desa.
ü Penghijauan lingkungan dengan cara menanam dan menyumbang tanaman yang dibutuhkan oleh lingkungan.
ü Membuat kerajinan tangan sebagai ketrampilan tambahan berguna di masyarakat.
ü Kemah bhakti bersama setiap kenaikan tingkat ke desa-desa yang belum mengenal Setia Hati Terate.
ü Kumpulan wali siswa pada hari jadi ranting.
ü Menyumbang pakaian-pakaian bekas (dana ala kadarnya) bagi korban bencana alam atau yang membutuhkan dan lain sebagainya.
Karena kemajemukkan program-program kegiatan di atas, sehingga SH Terate Ranting Comal diterima dengan respon baik oleh masyarakat Comal dan sekitarnya. Bahkan sebagian wali/orang tua siswa kepingin anak-anaknya ikut gabung latihan, diharapkan setelah menjadi siswa SH Terate ada perubahan yang signifikan pada anaknya tersebut. Pada prestasi olahraga pun Ranting Comal sering meraih medali emas atau perak dalam event-event kegiatan daerah atau wilayah.
Rahasia kemajuan SH Terate Ranting Comal selama dipegang oleh pendekar tiga serangkai adalah, adanya pembagian tugas kerja (teamwork) dari personil tiga serangkai, seperti Sopah, S.Pd.SD. bertugas menyampaikan/menambah materi dan melatih, Ali Sodikin, S.Pd.SD. bagian kerokhanian siswa dan spiritual, Muntoha, S.Pd.SD. bertugas menghibur dan memberi spirit/semangat pada siswa agar jangan sampai bosan latihan. Pembagian tugas yang berimbang inilah, akhirnya Ranting Comal berkembang pesat merambah meluas ke Kecamatan Ulujami, Kecamatan Bodeh, Kecamatan Ampelgading. Dan pada akhirnya tiga kecamatan itu pun berdiri menjadi ranting tersendiri: Ranting Ulujami, Ranting Bodeh, Ranting Ampelgading. Beliau selalu memegang teguh sebuah Wasita Tama, antara lain berbunyi, barang siapa meninggalkan keseimbangan maka tergelincirlah ia.
Di sini agar lulus menjadi pendekar atau menjadi Warga SH Terate sama sekali tidak mengenal kata katrol akan tetapi hanya “waktu”lah yang bisa menjawab dan “alam” yang akan menyeleksi. Jika ia belum pantas jadi pendekar, maka dengan sendiri mereka akan keluar karena tidak tabah menjalani proses latihan yang tergolong agak berat-berat ringan. Jadi, mereka yang terseleksi tersebutlah yang lulus jadi pendekar atau Warga SH Terate.
Dari ratusan siswa-siswi SMA Negeri 01 Comal hanya 17 anak (14 putra, 3 putri) yang tutug menjalani latihan sampai pada tataran pendekar, saat itu disahkan/diwisuda di Slawi, Kabupaten Tegal pada tahun 1987 di bulan Muharram/Suro, sebagai angkatan/pengesahan pertama warga SH Terate Ranting Comal.
Lama latihan 2 tahunan (1985-1987). Kegiatan latihan dijalani secara rutin dua kali seminggu (Minggu pagi, dan Rabu sore) di halaman dan aula SMA Negeri 01 Comal.
Hal ini, jika tidak tabah-tabahnya memang berat didalam menjalani latihan selama dua tahun secara rutin siang malam (untuk siswa sabuk putih latihan malam) tidak kenal lelah letih atau mengeluh capai sedikitpun.
Berjalannya waktu pak Dar dimutasi ke SMA Negeri 02 Pemalang, pasang surut latihan di SMA Negeri 01 Comal pun dirasakan oleh siswa dan anggota SH Terate Ranting Comal.
Selain dari pada itu, juga karena pengaruh arus globalisasi (kesejagadan) yang mendunia. Dan juga pengaruh nonteknis yang tidak bisa diungkapkan dalam tulisan ini (menyangkut kode etik), kuantitas latihan pun mulai mengalami penurunan tajam. Orang Jawa bilang anyokro manggilingan, ibarat sebuah roda berputar kadang berada di atas terkadang berada di bawah. Kebudayaan tradisional secara umum pada saat itu tergerus habis oleh budaya asing. Dan keminatan latihan pencak silat pun agak oleng. Mereka lebih suka hura-hura mencari hiburan kesana-kesana, nonton bioskop, video, tv, dan lain-lain.
Bahkan pencak silat sudah dianggap klasik, ketinggalan jaman dan kuno, bahkan ada yang beranggapan bahwa latihan pencak silat tidak berbeda jauh dengan main ketoprak (semacam wayang orang), ironis memang. Mereka malu ikut latihan pencak silat, kurang keren dan tidak beken, dan kurang bergengsi. Sebagian lagi karena mengidap penyakit manja pemuda-pemuda saat itu. Tidak mau rekoso dan payah. Sebab pencak silat butuh tenaga, kondisi dan semangat ekstra. Tidak mau berakit-rakit ke hulu berenang-renang kemudian - bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.
Bahkan pencak silat di SMA Negeri 01 Comal pun sudah tidak masuk dalam program ekstra kurikuler lagi, hanya sekedar pinjam tempat untuk latihan. Sangat memprihatinkan memang. Bahkan ada bisik-bisik, gara-gara latihan pencak silat lantai aula pada pecah, tembok pada kotor, tanaman pada rusak dan sebagainya. Itulah tantangan yang harus dihadapi dengan leganing penggalih oleh Pendekar Tiga Serangkai dan kawan-kawan dengan prinsip becik ketitik ala ketara. Ciu diocak-acik mrico polo agawe dakon, niyat mono agawe becik dene tinampa ala mangga kemawon. Akhirnya sang pembisik pun berhenti sendiri karena kecapaian dan yang dibisiki sudah tidak mempan lagi.
Pernah terjadi, minggu yang tragis, ada sekelompok perguruan lain (red.BST) datang ke tempat latihan SH Terate di SMA Negeri 01 Comal. Mereka mengajak duel (karena miscomucation atau kesalahpahaman dikarenakan oleh bisikan-bisikan syaiton yang suka mengadu domba umat Rasulullah Muhammad SAW) dan ditanggapi oleh warga SH Terate yang ada di tempat latihan dengan senyum. Sekali lagi dengan senyum. Apa jadinya jika dilayani duel? Menango yo ora bakalan kondhang, tidak masyur, tidak mendapat medali malah mendapat celaan, dan tidak mendapat piagam malah mendapat cemo’ohan, gak entuk upah rek. Ayak-ayak waek. Betul?
Pedoman orang SH Terate “Musuh jangan dicari ada musuh jangan lari, cilik ora turah bakal gedhe orang kurang bakal” jika duel itu terjadi ekornya akan berkepanjangan sampai sekarang. Tetapi karena kedewasaan yang sudah terbentuk pada jiwa wara-warga SH Terate yang selalu ngugemi: aluwung becik golek sedulur tinimbang golek musuh, golek musuh sakejaping netro bisa nanging yen golek sedulur saksalapan dino’ho durung karuan entuk apa maneh sedulur sinarawedhi kaya dene sedulur tunggal kringkel. Perselisihan itu pun dapat didamaikan, perkelahian masal pun dapat dihindari bukan karena takut darah akan tetapi jika masih ada jalan keluar yang baik, maka pakailah sebelum jalan akhir digunakan.
Dan sekelompok perguruan yang datang dengan pakaian seragam pencak, dengan wajah penuh amarah, pulang dengan tangan hampa. Inilah yang namanya menang tanpa mengalahkan (menang tanpo ngasorake) salah satu ajaran SH Terate. Satu point kita mengamalkan ajaran SH. Sebenarnya dalam peristiwa tersebut kita adalah pemenangnya, tetapi si-lawan tidak merasa dikalahkan, karena tidak membuat wirang lawan. Coba seandainya duel terjadi dan lawan kita kalah telak, mereka pulang membawa malu besar dan dendam kesumat pun terbentuk seketika itu dan akan abadi sampai sekarang, dan Inilah yang namanya menang tetapi membawa petaka jika emosi lawan diladeni dengan emosi pula.
Bagaimana tirakat ala’ SH Terate?
Ini adalah gaya tirakat orang SH Terate.
Tirakat orang SH Terate itu bisa dimana saja, kapan saja, setiap saat. Menghadapi masalah dengan sabar adalah sebuah tirakat, istilahnya tirakat batin. Kita semalam suntuk meninggalkan anak istri pergi melatih siswa juga bentuk tirakat.
Tirakat batin ini adalah pondasi yang kokoh untuk mendapatkan kinasihing Gusti, agar dekat dengan sang Pencipta Alam, agar sejahtera lahir batin dan selamat dunia akherat adalah satu-satunya jalan dengan tirakat batin seperti yang diajarkan pada ilmu SH. Ini pun adalah salah satu cara pembelajaran ilmu Setia Hati yang telah dibakukan oleh sang maestro atawa sang ouweheer Ki Ngabehi Ageng Soerodiwirjo, dimana beliau meletakkan dasar kebatinan/ilmu Setia Hati (SH) dalam 3 (tiga) tahap pokok ajaran kejawen, yaitu adalah ELING, KUAT, lan SLAMET. Hal ini dapat diaplikasikan dengan cara lelaku mati sakjroning urip, urip sakjroning pati (lih. materi Ke-SH-an)..
Kunci keberhasilan hidup itu sebenarnya hanya satu
yakni apabila sudah dikasihi Allah SWT,
hidup akanbahagia.
Itu saja garis bawahnya. Tidak kurang dan tidak lebih adalah kunci keberhasilan hidup itu sebenarnya hanya satu yakni apabila sudah dikasihi Allah SWT, hidup akan bahagia.
Mengenai gaya bahasa penyampaian tiap orang bisa berbeda-beda dan gaya mengajarkannya juga berbeda, akan tetapi tujuan akhir adalah agar kita dikasihi Allah SWT. Adapun di Setia Hati mempunyai pandangan hidup sebagai berikut:
1. Gerak mobah molah manusia itu bertujuan untuk menghindari atau meniadakan segala rintangan (aral lintang) dalam rangka mempertahankan diri.
2. Gerak mobah molah manusia itu bertujuan untuk (mengarahkan pada usaha) meperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan lahir batin.
Namun demikian kedua aspek tersebut harus berjalan menurut Tatawisesa atau Hukum Tuhan sesuai dengan kodrat (kuasa) dan irodat (karsa)-Nya. Dalam pada itu semua gerak mobah molah pada hakekatnya akan berakhir kembali kepada sumber yang menggerakan.
Nah, hari-hari orang SH Terate sebenarnya dipenuhi tirakat dan tirakat. Tiada hari tanpa tirakat. Jika kita mau jeli sebentar saja untuk mengaji kehidupan yang kita alami selama ini; tirakat ala SH Terate telah kita jalani dengan sempurna dan telah terjadi setiap waktu tanpa disengaja.
Tirakat ala SH Terate dan rialatnya akan lebih afdol apabila dilaksanakan dengan cara selalu bersyukur menerima suratan Allah SWT. Insya Allah kita antuk kinasihing Gusti. Ilmu SH Terate sangat sederhana, tidak rumit. Tetapi pelaksanaannya yang abot pada rasa pangroso. Ada therapy sederhana atau tipe agar tirakat batin kita lancar yaitu:
ü harus tahu diri.
ü harus mengenal diri.
ü harus mampu mengendalikan diri.
Niat dan do’anya jika hendak tirakat “ala” SH Terate cuma (dalam hati) niatnya ingin dikasihi dan disayangi Allah SWT, Lillahi Ta’ala, itu saja tidak ada do’a khusus secara paten. SH Terate tidak mengajarkan do’a-do’a khusus untuk hal tersebut di atas. Jika dijalankan kanthi temenanan Insya Allah (Allah Ta’ala tidak pernah ingkar janji) kita akan dekat dengan Allah, dan ketentraman yang kita inginkan akan terwujud. Amien.
Jadi jelaslah, di SH Terate tidak ada ajaran atau ajian untuk patrap matek palimunan, terbang sepi angin, aji gulinggangjati, kebal dari bacokan, arjuna kelor pelet sih kinasih, teluh tenung modhong, dan lain sebagainya yang berbau klenik dan magic.
Akhirnya, untuk mengantisipasi hal ini (demi kualitas dan kuantitas) dibukalah tempat-tempat latihan (unit latihan) atau rayon dan sub rayon untuk mengembangkan roda organisasi. Perjuangan tiga serangkai pun akhirnya dilanjutkan oleh warga-warga yang lebih muda, karena beliau (pendekar tiga serangkai) telah diangkat PNS dan ditempat tugaskan jauh di luar kota. Ditempat barunya bertugas, Sopah, SPd.SD. di Desa Cikendung, Kecamatan Pulosari termasuk wilayah lereng Gunung Slamet jauh di Pemalang Igir, beliau juga membuka unit latihan di SD Negeri Cikendung, karena panggilan jiwa ingin dan ingin selalu mengembangkan SH Terate selama matahari terbit dari ufuk timur.
Pada tahun 1988 Rayon Ds. Gintung, Kecamatan Comal dibuka Unit Latihan, sebagai antisipasi pusat kegiatan yang semula berada di SMA Negeri 01 Comal. Ds. Gintung adalah tanah kelahiran Sopah, SPd.SD. salah satu pendiri SH Terate Ranting Comal. Kemudian tidak berlangsung lama pusat kegiatan secara otomatis berpindah ke Desa Gintung (Sekretariat: di Rumah Dinas Guru SD) dan kemudian Ranting Comal naik daun lagi, pada puncak kejayaan, jumlah siswa ranting mencapai 200 anak dan aktif semua. Ini semua karena kerja keras warga-warga penerus tongkat estafet pendekar tiga serangkai. Gelombang aral rintang telah tertepis jauh, dihadapi dengan mesem dan tidak pernah ada rasa gentar.
Seperti tenangnya air sungai yang mengalir menuju ke muara dan masuk ke lautan. Di laut lepas segala polutan yang terbawa aliran sungai akan terhempas ke tepi laut dan mengering jadi sampah (dibakar orang)
Pada tahun yang sama Rayon SMP Negeri 01 Comal dibuka, SMP Negeri 01 Ampelgading dibuka. Tahun-tahun berikutnya menyusul Rayon SMP Islam dibuka, SKB Pemalang di Comal dibuka, SD-SD Negeri dibuka dan seterusnya hingga sampai sekarang tercatat ada 30-an rayon ada yang masih aktif dan ada yang berhenti sementara karena pemegangnya merantau kerja jauh atau kuliah ke luar kota. Tiap tahun Ranting Comal telah menelorkan warga-warga baru yang tangguh dan tahan banting di segala bidang.
Tonggak estafet kepemimpinan bergulir seirama berjalannya waktu (lihat table unit latihan/rayon di bawah), seperti tenangnya air sungai yang mengalir menuju ke muara dan masuk ke lautan. Di laut lepas segala polutan yang terbawa aliran sungai akan terhempas ke tepi laut dan mengering jadi sampah (dibakar orang). Air laut pun tetap abadi tidak akan tercemar oleh apapun oleh siapapun. Rasa air laut pun tidak akan berubah rasa walau dicemari ber-ton-ton mil kotoran tiap saat, tiap waktu, tiap hari, tiap minggu dan seterusnya.
Muara itu pun selalu mengalir tiada henti membawa polutan dan sampah akan tetapi laut pun tetap tenang dan ombaknya akan segera membuncahkan kotoran ke tepi tiap detik, begitu pun Ranting Comal walau diterpa berbagai cobaan tetap tenang seperti lautan.
Kini personil pendekar tiga serangkai pun telah kembali dan akan mengendalikan roda organisasi Ranting Comal. Sopah, SPd.SD. sekarang jadi ketua ranting, dan Ali Sodikin, SPd.SD. sebagai wakilnya (lihat susunan personalia ranting di bawah ini). Semoga ranting kembali jaya dan naik daun seperti jaman keemasan yang lalu.
Sakpira gedhining sangsara yen tinampa hamung dadi cob
(Seberapa pun besar penderitaan jika diterima dengan rasa ikhlas itu semua hanyalah sebuah cobaan dari Allah Ta’ala semata).
Itulah kata mutiara yang terukir di hati sanubari pra kadhang Setia Hati Terate di mana pun berada.
Pepatah ini juga terukir di kamar paktek almarhum Mas Aryo/Mas Imam sebagai saksi abadi. Beliau lebih dikenal sebagai pendekar wesi kuning pada jamannya, adalah tokoh pendobrak dan pembaharu perkembangan SH Terate Pusat sehingga berkembang mendunia. Tidak cuma kuantitas akan tetapi kualitas lahir maupun batin sangat diperhitungkan oleh perguruan-perguruan lain di Indonesia. Beliau adalah Warga tingkat 3 dan duduk sebagai Dewan Pusat dan beliau adalah paranormal bertaraf nasional.
Kini hanya kenangan, sebab Mas Imam sudah dipanggil Sang Khalik, Senin Pahing, 16/11/1987 (lih. Jejak Pnedekar Wesi Kuning).
Tidak ketinggalan Istri-Istri Warga dan Warga Putri SH Terate Ranting Comal telah mempelopori kegiatan kaum hawa belum lama ini dan lancar hampir satu tahunan berjalan tidak ada kendala, walau pun masih dalam proses “penggalakkan” paguyuban atau forum.
Kegiatan ini anggotanya boleh dari luar Ranting Comal, seperti Ranting Bodeh, Ranting Ulujami, Ranting Ampelgading dan sebagainya. Untuk sementara agendanya masih berbentuk sambung rasa, silaturahmi, arisan ibu-ibu, dan program jangka panjangnya akan dibentuk sebuah Koperasi Simpan Pinjam (KSP), membuat Toserba Mini dan Home Industri. Insya Allah kegiatan ini akan berkembang dan melebar ke Cabang jika selalu mendapat dukungan dari berbagai pihak dan menjadi profesional, walau sekarang masih bersifat mencoba.
Jika hal ini adalah baik guna memberdayakan istri warga atau warga putri, kenapa tidak didukung, dan kenapa tidak diperjuangkan kanthi temen rilaningtyas?
Inilah PR baru bagi istri-istri warga dan warga putri. Semoga sukses.
Dan katanya agar program jangka panjang tersebut cepat terwujud, mereka membutuhkan sponsor atau dana cepat untuk merealisasikan program ini. Sumonggo, barangkali ada kadhang-kadhang kita yang tertarik untuk mensponsori kegiatan jangka panjang di atas. Tentunya, kinerja dijalankan dengan tata cara yang profesional, jangan kami-SH-nen (kami-Sedulur-en) maka program tersebut pasti sukses seperti yang sudah berjalan di Koperasi Terate Manunggal Pusat Madiun berjalan lancar dan sukses. Sesuatu hal jika ditangani oleh yang bukan ahlinya maka tinggal menunggu waktu mundur, menanti kehancuran, kecompang-campingan, dan alhasil gigit jari.
Temu kadang sebagai media sambungrasa dan olahrasa hal ini sangat penting bagi peningkatan kualitas serta kuantitas warga persaudaraan SH Terate. Lewat media ini bukan saja seorang warga bisa menyerap informasi dan tambahan ke-SH-an, akan tetapi berkesempatan pula untuk menyampaikan presentasi dan informasi sebagai masukkan bagi jajaran kepengurusan maupun kepelatihan.
Untuk itu, agaknya, arti penting dari temu kadang yang sistematik dilaksanakan dinilai sudah sangat layak digalakkan.
Tak berlebihan jika para tokoh SH Terate Ranting Comal seperti Ali Sodikin, SPd.SD., Abdul Lukman Prabowo, dan Abdullah Yatin mempelopori kegiatan sarasehan tersebut dan didukung penuh oleh pra kadang SH Terate Ranting Comal dan SH Terate Ranting Ulujami. Temu kadang ini dilaksanakan tiap malam Sabtu Pahing dengan mengambil tempat secara bergulir anjangsana dari rumah warga yang satu ke warga lain guna memupuk tali persaudaraan antar warga dan keluarga warga SH Terate serta lingkungan.
Sarasehan atau temu kadang Sabtu Pahing ini di bentuk di rumah Abdullah Yatin, Ds. Kaliprahu, Kec. Ulujami pada tanggal 30 Desember 2011 hari Jumat Pahing dini hari, tepat pada acara tasyakuran Warga Baru SH Terate Ranting Comal & Ulujami tahun pengesahan 2010.
Kenapa harus Sabtu Pahing?
Sangat simple dan sederhana alasannya. Kalau malam Minggu bisa dipastikan para warga SH Terate punya kesibukkan sendiri-sendiri seperti melatih dan lain sebagainya. Dan jikalau malam Jumat tidaklah beda jauh kesibukkan beliau sebagai anggota SH Terate? Ngiras-irus dan untuk mendapatkan barokhah dari sang pendiri Setia Hati (SH) diambilah malam Sabtu Pahing sebagai sentuhan rokhani sarasehan warga SH Terate Ranting Comal, yang bertepatan dengan hari lahirnya Ki Ngabehi Ageng Soerodiwirjo bin Ki Ngabehi Soeromihardjo.
Program ini bukan hanya diperuntukkan bagi warga SH Terate Ranting Comal saja akan tetapi kami membuka diri bagi siapa saja dipersilahkan hadir dan bergabung ke dalamnya. Mengacu pada konsep awal program sarasehan ini kami menghadirkan materi seputar pencaksilat, ke-SH-an, memandang perlu potensi yang dimiliki warga sebagai eksploitasi diri, latihan bersama ala kadarnya, pernafasan dan langlang.
Menurut mas Ali, sebenarnya kesenjangan informasi yang selama ini putus dan seakan-akan dilihat oleh mereka dari sudut pandang tertentu, sudut pandang yang berbeda-beda atau sudut pandang yang sempit, akhirnya seperti terjadi kotak mengkotak antara sesama anggota SH Terate. Itu sebenarnya tidak seutuhnya benar adanya. Nah, melalui sarasehan yang Insya Allah dilaksanakan secara berkala seperti ini, maka akan terjawablah teka-teki tersebut yang selama ini menjadi obsesi banyak anggota SH Terate dan bahkan ada yang lebih ekstrim lagi yakni melunturnya sebuah loyalitas dan berkurangnya optimisme pada organisasi tercinta ini.
Dan semoga berawal dari sinilah semua terjawab. Kita mulai dari sini, semoga Allah Taala selalu memberi rakhmat dan hidayah-Nya.
Lebih jauh mas Ali memaparkan: semua yang terjadi pada perkembangan SH Terate Ranting Comal khususnya dan bahkan SH Terate secara umum, sebenarnya siapakah yang yang bersalah?
Jika ada yang salah berarti siapa yang benar?
Sebaiknya kita mulatsarira hangrasawani (red: instropeksi diri, mawas diri) saja, kita benahi dari dalam diri kita masing-masing. Jangan sampai amsal budaya tunjuk hidung menimpa pada diri kita sendiri.
Inilah sekilas SH Terate Ranting Comal. Dan masih banyak kegiatan-kegiatan dan berbagai prestasi ranting belum diuraikan di sini (bersambung lain waktu). Di lain kesempatan pun tulisan ini akan dilengkapi lebih komplit data dan gambar yang lebih menarik. Nuwun.
Selama matahari masih bersinar selama bumi masih dihuni manusia selama itu pula Persaudaraan Setia Hati Terate tetap jaya, kekal abadi selama-lamanya.
(by: loOk, 22 Feb 2012)
SEKILAS
PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE
CABANG PEMALANG
CABANG PEMALANG
Persaudaraan Setia Hati Terate (SH Terate) mulai dikenal di Wilayah Kabupaten Pemalang pada kisaran tahun 80-an. Awalnya ada seorang pendekar (Warga SH Terate) yang berasal dari Slawi, Kabupaten Tegal bernama Drs. Slamet Subagyo masuk ke Pemalang karena tugas negara sebagai guru pada SMP Negeri 01 di Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang. Mas A’oh panggilan akrabnya yang pengesahan tahun 1979M ini, pada saat itu membuka latihan pencak silat di SMP Negeri 01 Petarukan. Latihan pun berjalan lancar walau agak terseok-seok karena awam dan awal (babad) banyak tantangan dan rintangan yang menghadang, Akan tetapi karena kegigihan Mas A’oh dikarenakan berdiri pada rel yang benar telah berhasil mengantarkan 3 (tiga) orang murid yakni: Andi Casiyem Sudin (red: Pemred Lawu Pos Jawa Timur, Juru Gurit & Susastra Gagrak Anyar, koresponden majalah bahasa jawa Panjebar Semangat dan Jaya Baya), Agus Priyana (red: UP/Personalia PT. Mesin Izuzu Indonesia, Tangerang), dan Marinto (red: Wirausaha) yang ketiga-tiganya adalah asli putra daerah Petarukan.
Sejalan perkembangan Persaudaraan SH Terate di Kabupaten Pemalang khususnya di Kecamatan Petarukan ternyata pada waktu yang sama di tempat yang berbeda di Kecamatan Randudongkal, Kabupaten Pemalang pun juga ada latihan pencak silat Persaudaraan SH Terate yang dilatih oleh Mulyanto, A.Md.SIP. Saat itu Mas Mul panggilan akrab di organisasi, sedang bertugas sebagai PPL (Petugas Penyuluh Lapangan Pertanian). Mas Mul ternyata menjadi anggota atau Warga SH Terate pada tahun 1978M sejak kuliah di Kota Gudeg dan pengesahan di Yogyakarta.
Perkembangan Persaudaraan SH Terate pada waktu itu, di Petarukan dan Randudongkal masih berjalan sendiri-sendiri dikarenakan belum saling mengenal diantara keduanya. Dan pada suatu ketika, Sang Penguasa Alamlah telah mempertemukan, akhirnya mereka saling mengenal dan saling berhubungan sesama Kadhang Terate (Warga SH Terate) di bawah naungan payung organisasi yang sama, sesama Sedulur Tunggal Kecer (red. W.J.S. Poerwadarminta: Tunggal Kecer = Seperguruan, Tunggal Guru Ngelmu atau Tunggal Banyu) mulai saat itu pulalah ikatan persatuan yang merupakan komponen dasar pelajaran dalam Persaudaraan Setia Hati Terate (SH Terate) yakni ”PERSAUDARAAN|” mulai nampak bahkan selanjutnya sering diadakan latihan bersama antara siswa didiknya Mas A’oh dan siswa didiknya Mas Mul.
Mas A’oh dan Mas Mul dua kadhang (SH Terate) ini boleh dikata layak diakui sebagai cikal bakal, pencetus dan pendiri Persaudaraan Setia Hati Terate Cabang Pemalang. Beliau adalah pembawa Organisasi Persaudaraan SH Terate masuk ke Wilayah Kabupaten Pemalang.
“satu orang pendekar SH Terate takarannya
harus lebih baik atau mendekati sama dengan seribu orang biasa
(bukan pendekar SH Terate)”
Berjalannya waktu SH Terate di Kabupaten Pemalang pun semakin eksis menapakkan diri dan menata kuantitas dengan dibantu murid-murid kinasih terdahulu dan ditambah cetakan baru saat itu seperti Taufik Rokhim, Muzaki, Sonhaji, Indarto, Hertiyanto dkk mereka semakin matang menjalankan roda organisasi dan kepelatihan hingga pada tahun 1981/1982 ini Pencak Silat Persaudaraan SH Terate gaungnya mulai terdengar menggema menelusup ke semua genderang telinga masyarakat, harumnya pun mulai tercium menyerebak ke lapisan khalayak baik anak-anak atau pun dewasa. Bahkan pada lintas perguruan yang ada di Kabupaten Pemalang pun SH Terate sudah diperhitungkan kemapanannya, kemampuannya, dan sepak terjangnya. Walau pada saat itu di tahun 1981M baru menelurkan 3 orang pendekar ditambah pada tahun 1982M mengesahakan 9 orang pendekar. Kiprah mereka bak satu orang perbanding seribu. Benar, seperti telah diutarakan pada acara Ke-SH-an atau kerokhanian siswa, “satu orang pendekar SH Terate takarannya harus lebih baik atau mendekati sama dengan seribu orang biasa (bukan pendekar SH Terate)”. Aroma harum bunga terate putih seperti terlukis pada lambang SH Terate makin semerbak, menyengat hidung pencium di berbagai sudut desa dan pojok pedukuhan masyarakat, kala itu masih sangat awam pemahaman tentang pencak silat. Bahkan tidak bisa dipungkiri dari kenyataan bahwa latihan pencak silat adalah identik dengan mencetak pemuda brandalan yang hoby berkelahi dan membuat onar semata-mata. Sungguh minir, naif, dan tragis paradigma pesilat pada saat itu.
hampir seluruh siswa SPG ikut bergabung dan
latihan pencak silat SH Terate
Setelah lahir pendekar-pendekar muda tiap tahunnya, latihan pun sudah menjamur semarak dimana-mana, tempat dan gelanggang berlatih mulai bermunculan, yang semula hanya di SMP Negeri 01 Petarukan dan Randudongkal kini mulai menyebar ke berbagai wilayah. Mas Taufik (red: Taufik Rokhim, S.Pd. Ketua SH Terate Cabang Pemalang sekarang) saat itu membuka latihan di SPG Negeri Pemalang. Selang satun tahun, yakni pada tahun 1983M mencetak anggota atau warga seperti; Cipto Roso, Widi Wiryono, Cuparso, Sopah dkk. Kini sel dan jaringan perkembangan organisasi SH Terate di Wilayah Kabupaten Pemalang mulai menyemburat tumbuh bak jamur di musim semi, seperti tanaman disiram pupuk organik dengan tingkat kesuburan yang super hijau tanpa sentuhan bahan kimia atau racun perusak ahlak-ahlak manusia.
Kolaborasi pendekar pengesahan tahun 1981, 1982, dan 1983 di bawah bimbingan duet Mas A’oh dan Mas Mul munculah sepasang pendekar handal Taufik Rokhim dan Sopah yang kemudian melanjutkan kepelatihan di SPG. Dan bisa dikatakan hampir seluruh siswa SPG tersebut ikut bergabung dan latihan pencak silat SH Terate, salah satunya adalah Ali Sodikin (red: penyusun tulisan ini) dengan sentral latihan di Aula SPG Negeri Pemalang. Resep keberhasilan yang dipakai kala itu adalah dengan “Hukum Kemesraan” yakni dengan istilah yang diciptakan Mas Taufik tentang kemesraan anak-anak SPG ini telah membuahkan hasil, persaudaraan yang terbentuk luar biasa begitu kental. Kinerja dari aplikasi hukum kemesraan anak-anak SPK adalah tiap nandur dan nandur kebecikan dan persaudaraan, itu saja yang dijalankan secara kontinue, ujar Mas Taufik. Ditambahkan lagi, jangan mencari pamrih pengabdian di SH Terate, yakiin suuung tidak ada bayarannya, ujarnya sambil tersenyum. Mantaap.
Hari berganti hari dan waktu terus bergulir seirama detak jarum jam sampailah di penghujung tahun 1984M, tepatnya tanggal 13 Oktober 1984M sebanyak 13 (tiga belas) siswa SPG disahkan sebagai pendekar baru serta ditambah pendekar dari beberapa tempat latihan yang jumlah semuanya 45 (empat puluh lima). Sungguh suatu lonjakkan angka yang sangat membanggakan bahwa SHT di Kabupaten Pemalang benar-benar berkembang pesat.
Semenjak disahkannya pendekar SH Terate pada tahun 1984M ini perkembangannya tak terkendali bagai meteorit yang jatuh ke permukaan bumi. Para muda di wilayah Kabupaten Pemalang berduyun-duyun masuk bergabung menjadi anggota SH Terate, tak terkecuali tua atau muda, laki-laki perempuan, anak-anak, remaja, dewasa, pelajar, mahasiswa, dan seluruh lapisan masyarakat berhimpun jadi satu dalam wadah organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate.
Memasuki awal tahun 1985M merupakan tonggak awal keemasan SH Terate Kabupaten Pemalang. Seiring perkembangan tersebut di Wilayah Kecamatan Comal juga dibuka latihan pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (SHT) di SMA Negeri 01 Comal tepatnya pada tanggal 26 Desember 1985M, inilah merupakan basis dan induk yang mengembangkan jaringan SH Terate di Wilayah Kabupaten Pemalang bagian Timur, hingga berkembang ke Kecamatan Ulujami, Kecamatan Bodeh, dan Kecamatan Ampelgading. Mekarnya SH Terate di Wilayah Kecamatan Comal dan sekitarnya tak luput peran serta dan kiprah pendekar tiga serangkai: Sopah, S.Pd., Ali Sodikin, S.Pd., dan Muntoha, S.Pd., Ketiga-tiganya adalah jebolan SPG Negeri Pemalang.
Mereka merupakan pencetus dan pendiri SH Terate Ranting Comal. Disamping itu dengan kebersamaan dan persaudaraan yang kental sesama kadhang, pesatnya Ranting Comal juga karena bantuan pra-kadhang SH Terate seperti Budi Waluyo, Budi Iswanto, Subihardi, dkk. Al hasil Ranting Comal dapat menelorkan pendekar-pendekar muda pada tahun 1987M sebanyak 17 warga (putra 14 anak, putri 3 anak) tempat pengesahannya di Slawi. Mereka antara lain; Sugeng Raharjo, Gusaeri, Kardiman, Raswan, Karsito, Cugito, Kuswantari, Supriyanto, Yuli Setiono, Zakaria Yahya (ras Arab) dkk.
“sapa sing ndodhog lawangku ya tangiku”
Yang lebih menggembirakan lagi ketika Ranting Comal mulai menapaki jejak perkembangannya, pada masa itu Comal kedatangan kadhang Terate dari Maospati Magetan, Jawa Timur, adalah Bambang Lukiarso pengesahan 1978M. Kedatangan Mas Bambang panggilan akrabnya, adalah sebagai guru di SMP Negeri 01 Comal tak luput membuka latihan pulalah di tempat beliau mengajar. Bahkan keberadaan beliau diakui sebagai warga tempat untuk bertanya oleh adik-adik di sekitarnya. Layaknya keluarga, Mas Bambang juga tak merasa lelah melayani adik-adiknya full time 24 jam yang berprinsip “sapa sing ndodhog lawangku ya tangiku” artinya siapa yang mau bertanya ya pasti di sambut dengan jawaban yang Insya Allah memuaskan bagi si penanya. Diantaranya yang dekat dengan beliau pada awal kedatangannya adalah Ambar Waroto, Sudiyono, Sudiyanto, Abdul Lukman Prabowo, Edi Susanto, Kapten Sudaryanto, Muh Mieftah, dan lain sebagainya. Satu catatan yang mungkin perlu diingat bahwa Mas Bambang sempat mengabdikan dirinya di organisasi SH Terate Cabang Pemalang sebagai ketua cabang selama 2 (dua) periode atau sekitar dua dekade dan banyak hal-hal positif yang diraih dan program-program baru telah terukir.
Secara pribadi penulis merasa berterimakasih kepada Mas Bambang, karena selama mendampingi belaiu, penulis sebagai sekretaris cabang telah banyak memperoleh bimbingan dan arahan yang baik dan berguna bagi kami. Pati, urip, rejeki, dan jodoh adalah kuasa ilahi.
Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uuna wa innaa ilaa rabbinaa lamunqalibuuna
Beliau di makamkan di TPU Desa Sidorejo, Kecamatan Comal, dan meninggalkan seorang istri Rita Prihatiningsih (warga SH Terate tk.1).
Kembali pada potret dan pemetaan alur perjalanan organisasi SHT Cabang Pemalang pada era tahun 1985-an. Di tahun ini ada sejarah yang cukup penting bagi jajaran warga di Cabang Pemalang yaitu berdirinya cabang secara difinitif dan teradministrasi serta bernomor induk cabang. Yaitu pada tanggal 1 Januari 1985M, harinya Selasa Pon, menurut sumber Mas A’oh yang juga sebagai pencetus dan pendiri Cabang Pemalang. Oleh mas A’oh sengaja tanggal tersebut dipakai karena bertepatan dengan tanggal kelahiran beliau, ini dikandung maksud agar mudah dalam mengingatnya. Yang jelas rapat pembentukkan cabang penulis juga hadir dalam forum itu yang bertempat di rumah Irwan Susanto Petarukan disamping dihadiri oleh warga-warga Cabang Pemalang. Hadir pula kadhang sepuh dari Kabupaten Tegal (SH Terate Cabang Tegal) dan Pekalongan seperti Dwi Laksono, Suraji, Sugiyanto, Subagyo Mulyanto. Peran Subagyo Mulyanto saat itu adalah ketua SH Terate Cabang Pekalongan yang membantu memfasilitasi berdirinya SH Terate Cabang Pemalang. Sedang kehadiran pra kadhang sepuh dari Cabang Tegal beliau sebagai Dewan Pertimbangan Cabang (DPC) untuk Cabang Pemalang pada saat itu mengingat Cabang Pemalang belum ada warga tingkat 2 (dua)nya.
Ikatan emosional antara SH Terate Cabang Tegal, Cabang Pemalang, dan Cabang Pekalongan sangatlah dekat, terbukti pada event-event penting dalam perjalanan roda organisasi sering melakukan kegiatan secara bersama-sama, misal ketika Cabang Pemalang belum berstatus cabang, calon warganya masuk dalam daftar nominatif Cabang Pekalongan termasuk yang dialami oleh penulis. Pada mori pengesahan tertulis dengan jelas “CABANG PEKALONGAN” dan disahkan di Cabang Tegal. Kegiatan lain berupa temu kadhang, sarasehan, pengesahan bersama dan acara-acara lain yang bersifat protokoler maupun familier suasana keakraban sangatlah tampak dan rasa jalinan persaudaraan benar-benar terwujud. Saling berkunjung dan silaturahim merupakan hal yang biasa dilakukan. Jarak antara Tegal - Pemalang - Pekalongan rasanya bukan sesuatu yang jauh, perbedaan latar belakang, strata kehidupan, status ekonomi, dan sosial bukanlah menjadi penghalang dalam berkomunitas. Sungguh persahabatan yang tidak membedakan siapa aku dan kamu, persaudaraan yang benar-benar timbul dari dalam hati yang tulus, merasa satu kandung, satu wadah persaudaraan (sa-udara), jumbuh njaba jerone lan temu rose (menyatu lahir batin dan sepaham) seperti serat daun sirih yang bertemu pangkalnya dan terhimpun dalam bingkai ikatan sedulur tunggal kecer (tunggal banyu). Setiap kali bertemu saling bersalaman dan bertegur sapa menjadi kebiasaan yang rutin bahkan sudah tradisi, tidak ada rasa pakewuh atau acuh tak acuh bahkan cuek-cuek saja. Yang ada hanyalah rasa saling menghormati, saling menyayangi (mengasihi), dan saling bertanggungjawab.
“hancur lebur seperti air
yang saya minum bersama-sama ini”
Fungsi kontrol dan pengawasan dalam berhubungan saat ini itu benar-benar dirasakan, sehingga kalimat saling “menghamat-hamati” yang diucapkan bersama-sama setiap gelar prosesi sakral di malam pengesahan menjadi rambu-rambu dan peringatan bagi semua pihak. Apalagi bila kita mencermati lebih dalam masukl ke ranah yang subtansial yaitu sejenis pasal sanksi jika melakukan pelanggaran, yakni ayat yang berbunyi “hancur lebur seperti air yang saya minum bersama-sama ini” dan lebih esensial lagi mestinya kita masih ingat pada saat melafalkan sumpah itu seraya mengacungkan jari tangan lurus ke depan bebas halangan dan hambatan dalam memandang serta tak ada tabir atau tirai penghalang, terfokus pada satu titik pandang yaitu sebuah bak/tong/jambangan tempat air. Inilah semestinya ikrar dan teken kontrak kejiwaan kita kepada sang causa prima, si penguasa jagad raya (rat) Tuhan Yang Mahaesa.
Setelah sejenak kita membuka lembar kerokhanian yang merupakan bagian dari komponen dasar ajaran Seti Hati Terate, mari kita kembali menyimak jejak langkah organisasi persaudaraan SH Terate di Wilayah Kabupaten Pemalang.
Mulai tahun 1985M sampai sekarang tiap tahunnya Cabang Pemalang mencetak warga baru atau pendekar-pendekar SH Terate yang kisaran angka rata-ratanya kurang lebih 100 orang tiap tahun. Sehingga terhitung sampai pada tahun 2012M jumlah warga Cabang Pemalang sekitar 5.000 orang lebih, belum ditambah yang latihannya di luar Cabang Pemalang semisal kuliah di luar kota non jauh pulang –pulang sudah menjadi warga SH Terate.
Dari pantauan kadhang tingkat (trap) 2 (dua) Persadaraan Setia Hati Terate (SH Terate) Cabang Pemalang seperti Kangmas-Kangmas: Slamet Subagyo, Mulyanto, Budiono, Taufik Rokhim, Sugeng, Widi Wiyono, Suritno, Ali Sodikin, Almun Shorif, dan Syaiful, serta para calon tingkat 2 yakni Kun Sriwibowo, Irwan Susanto, dan Taufik Yasalam, potensi warga yang ada di Wilayah Kabupaten Pemalang ini perlu mendapatkan perhatian dan pemberdayaan yang maksimal (eksploitasi diri) baik secara organisasi maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kondisi seperti itu sudah selayaknya mari kita berpikir sejenak bersama-sama demi kemajuan SH Terate di Kabupaten Pemalang. Ini barangkali salah satu Pekerjaan Rumah (PR) bagi Pengurus Cabang dan Dewan Pertimbangan Cabang serta seluruh komponen warga SH Terate Cabang Pemalang.
Secara administrasi struktur keorganisasian berjalan baik. Fungsionaris pengurus baik yang berada pada jajaran cabang, ranting, dan rayon dapat menjalankan tugas, pokok, dan fungsinya sesuai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD & ART). Koordinasi dengan pengurus harian cabang khususnya ketua dan sekretaris (Mas Taufik dan Mas Ali) walaupun ketua berdomisili di Wilayah Pemalang Selatan (Pegunungan) dan sekretaris berdomisili di wilayah Pemalang Pantura tetap berjalan normal-normal saja tanpa kendala jarak. Para ketua ranting yang ada di Cabang Pemalang sejumlah 14 (empat belas) orang selalu eksis dan loyal terhadap tanggungjawabnya masing-masing. Ketua-ketua ranting tersebut adalah:
1. Ulujami – H. Turitno, S.E.
2. Comal – Sopah, S.Pd.
3. Bodeh – Harinto, SIP.
4. Ampelgading – Daryatno.
5. Petarukan – Cipto Roso.
6. Taman – Rasito.
7. Pemalang – Subekhi.
8. Bantarbolang – Abdul Aziz.
9. Randudongkal – Fandi Arif Utoyo.
10. Moga – Bustomi.
11. Warungpring – Sahroni.
12. Belik – Sugiono, A.Ma.Pd.
13. Pulosari – Abdullah.
14. Watukumpul – Aulia Rahman.
Inilah barangkali implementasi, interpretasi, dan pengejawantahan (tadjaling dzat) makna korban dengan ayam jago (red: jago putih). Mereka benar-benar jadi suri tauladan, panutan, pemimpin yang disegani di mana dia berada dan benar-benar jadi “jago”-nya dalam hal-hal yang bersifat positif. Di bidang fisik Persaudaraan SH Terate Cabang Pemalang juga sedang dalam proses pembangunan padepokan
Mereka saling berhubungan satu dengan yang lain tetap berjalan lancar. Apalagi di jaman sekarang teknologi serba canggih bisa lewat HP, BB, Twitter, FB dan lain sebagainya. Dari kerjasama inilah barangkali yang menjadikan perkembangan SH Terate Cabang Pemalang lajunya cukup pesat bila dibanding dengan cabang-cabang sekitarnya.
Di bidang kemajuan pembangunan SH Terate Cabang Pemalang rasanya cukup banyak mengumpulkan prestasi yang bisa dibanggakan seperti dari cabang atlit laga, seni dan beladiri pesilat Cabang Pemalang banyak memperoleh medali dalam kejuaran, baik di tingkat daerah maupun tingkat nasional.
“Murca lan pralaya tan kuwawa anyegahkridhaning setya, aluwung dhak entekake patiku tinimbang asor,” kewan “kalah gelut” iku krana kalah gedhe, ananging yen manungsa mono “kalah gelut” durung karuan kalah gedhe amarga manungsa nduweni akal lan budi.Cilik oran turah bakal, gedhe ora kurang bakal,waton isih bisa dinulu ora bakal tinggal glandhang cara mlayu.
Bahkan banyak aktifitas warga Cabang Pemalang yang menduduki pos-pos penting baik dalam jajaran organisasi masyarakat umum maupun dalam kedinasan (pemerintah) di mana mereka bertugas, termasuk warga Cabang Pemalang yang berstatus mahasiswa, rata-rata mereka bisa mengibarkan panji-panji SH Terate dimana mereka berkuliah begitu juga yang meratau ke luar kota. Inilah barangkali implementasi, interpretasi, dan pengejawantahan (tadjaling dzat) makna korban dengan ayam jago (red: jago putih). Mereka benar-benar jadi suri tauladan, panutan, pemimpin yang disegani di mana dia berada dan benar-benar jadi “jago”-nya dalam hal-hal yang bersifat positif. Di bidang fisik Persaudaraan SH Terate Cabang Pemalang juga sedang dalam proses pembangunan padepokan. Semoga gerakan ini segera dapat direalisasikan. Untuk itu peran, perhatian, dan sumbangsih dari seluruh pra kadhang atau warga SH Terate Cabang Pemalang sangat diharapkan dan dinantikan baik oleh pengurus maupun oleh panitia yang menangani pembangunan padepokan yang diketuai oleh dr. Kun Sriwibowo, Sp.Bd.Finacs. Juga tidak menutup diri, pintu terbuka lebar, apabila ada simpatisan atau pun sponsor yang mau menyumbang sebagian hartanya untuk pembangunan padepokan ini.
Di Bagian akhir tulisan ini, penulis berharap dan berkesimpulan bahwa SH Terate Cabang Pemalang adalah organisasi yang cukup besar dan berpotensi sehingga perlu penanganan dan perhatian yang serius dari semua pihak keluarga besar SH Terate Cabang Pemalang dan pihak-pihak lain yang berkompetensi. Semoga tulisan ini bisa menambah khasanah khususnya para warga yang ingin memotret dan memetakkan keberadaan SH Terate Cabang Pemalang. Sebagai penutup perkenankan kami mencantumkan falsafah SH Terate:
“Manusia dapat dihancurkan, manusia dapat dimatikan, akan tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu setia pada hatinya atau ber-SH pada dirinya sendiri.”
Dalam bahasa Jawa, terjemahan bebasnya, “Murca lan pralaya tan kuwawa anyegah kridhaning setya, aluwung dhak entekake patiku tinimbang asor,” kewan “kalah gelut” iku krana kalah gedhe, ananging yen manungsa mono “kalah gelut” durung karuan kalah gedhe amarga manungsa nduweni akal lan budi. Cilik oran turah bakal, gedhe ora kurang bakal, waton isih bisa dinulu ora bakal tinggal glandhang cara mlayu.
Amarga bunga lan susah, kendhel lan jirih, iku duweke manungsa. Pradene pati lan urip, uga jodoh lan rejeki, kuwi kabeh sing nduweki Kang Akaryaning Rat.
Pramila, kudu dieling-eling; sapa kang nandur pari bakal tukul pari, sapa kang nandur telo bakal tukul telo. Elinga lan pada sing waspada.
Juga semboyan:
“Selama matahari masih bersinar, selama bumi masih dihuni oleh manusia, selama itu pula Persaudaraan Setia Hati Terate tetap kekal, jaya, abadi untuk selama-lamanya.” (bersambung.....)
(by: Al-Dikin, 28 Januari 2012)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapussalam persaudaraan mas
BalasHapus